Senin, 29 Oktober 2012
Senin, 08 Oktober 2012
LESSON STUDY
Umumnya pembelajaran dilakukan dalam bentuk satu arah. Guru lebih
banyak ceramah dihadapan siswa sementara aktivitas siswa lebih banyak
mendengarkan. Guru beranggapan tugasnya hanya mentransfer pengetahuan
yang dimiliki dengan target tersampaikannya topik-topik yang tertulis
dalam dokumen kurikulum. Pada umumnya guru tidak memberi inspirasi
kepada siswa untuk berkreasi dan tidak melatih siswa untuk hidup
mandiri. Pelajaran yang disajikan guru kurang menantang siswa untuk
berpikir. Akibatnya siswa tidak menyenangi pelajaran.
Paradigma pembelajaran di kelas dewasa ini telah mengalami pergeseran orientasi. Semula, orientasi pembelajaran itu tidak lebih sekedar penyampaian informasi kepada peserta didik. Namun sekarang, pembelajaran lebih diutamakan untuk menggali potensi peserta didik, sehingga memancar daripadanya pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilannya (psikomotor). Strategi yang digunakan pun tidak lagi sekedar pemberian materi, tetapi juga menstimulasi peserta didik agar mampu merumuskan sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya.
Adanya pergeseran paradigma itu mejadikan peran guru di kelas berubah, dari peran yang hanya penyampai informasi (transformator) kepada peran sebagai perantara (fasilitator dan mediator). Dengan kata lain, pergeseran dari “teacher centered” ke “student centered“. Adanya pergeseran paradigma tersebut, menuntut guru untuk lebih meningkatkan kompetensinya, baik sebagai seorang profesionalisme maupun sebagai seorang craftmant (tenaga ahli dan terampil).
Untuk mengatasi hal-hal tersebut guru perlu melakukan lesson study, sehingga guru dapat melakukan review terhadap kinerjanya yang selanjutnya dapat digunakan sebagai masukan untuk memperbaiki kinerjanya. Dengan melaksanakan Lesson study, wawasan guru akan berkembang dan termotivasi untuk selalu berinovasi yang selanjutnya akan menjadi guru yang profesional.
Lesson Study dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan keprofesionalan guru, yaitu dengan menguraikan delapan pengalaman yang diberikan Lesson Study kepada guru sebagai berikut. Lesson Study memungkinkan guru untuk:
Lesson Study bukan metoda atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan Lesson Study dapat menerapkan berbagai metoda/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru. Lesson study dapat dilakukan oleh sejumlah guru dan pakar pembelajaran yang mencakup 3 (tiga) tahap kegiatan, yaitu perencanaan (planning), implementasi (action) pembelajaran dan observasi serta refleksi (reflection) terhadap perencanaan dan implementasi pembelajaran tersebut, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.
Lesson Study pada dasarnya adalah salah satu bentuk kegiatan pengembangan profesional guru yang bercirikan guru membuka pelajaran yang dikelolanya untuk guru sejawat lainnya sebagai observer, sehingga memungkinkan guru-guru dapat membagi pengalaman pembelajaran dengan sejawatnya. Lesson study merupakan proses pelatihan guru yang bersiklus, diawali dengan seorang guru: 1) merencanakan pelajaran melalui eksplorasi akademik terhadap materi ajar dan alat-alat pelajaran; 2) melakukan pembelajaran berdasarkan rencana dan alat-alat pelajaran yang dibuat, mengundang sejawat untuk mengobservasi; 3) melakukan refleksi terhadap pelajaran tadi melalui tukar pandangan, ulasan, dan diskusi dengan para observer. Oleh karena itu, implementasi program lesson study perlu dimonitor dan dievaluasi sehingga akan diketahui bagaimana keefektifan, keefesienan dan perolehan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Lesson study sebagai salah satu program kegiatan untuk meningkatkan kompetensi guru dan kualitas pembelajaran dapat dikembangkan di sekolah sebagai studi untuk analisis atas suatu praktik pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran berbasis riset untuk menemukan inovasi pembelajaran tertentu.
Kekurangan yang sangat menonjol yaitu dalam hal kualitas siswa yang menjadi input. Seluruh siswa yang melanjutkan ke SMP TUNAS AGRO berasal dari SDN yang ada di sekitar perkebunan yang kualitasnya kurang baik. Kemampuan akademik anak-anak pada umumnya masih sangat terbatas sehingga perlu pembinaan yang intensif dan terencana. Akibat terbatasnya informasi dan pergaulan, sebagian besar siswa tidak memiliki wawasan yang luas dan baik tentang pentingnya pendidikan. Sebagian besar siswa kurang menyadari pentingnya pendidikan bagi kehidupan mereka kelak. Akibatnya motivasi siswa untuk belajar dan berprestasi juga rendah.
Perlunya penerapan lesson study berbasis sekolah dalam mengembangkan pembelajaran guru dalam mengaktifkan siswa belajar di SMP Tunas Agro
1. Pengertian Lesson Study
Lesson Study yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar . Dengan demikian, Lesson Study bukan metoda atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan Lesson Study dapat menerapkan berbagai metoda/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru. Lesson study dapat dilakukan oleh sejumlah guru dan pakar pembelajaran yang mencakup 3 (tiga) tahap kegiatan, yaitu perencanaan (planning), implementasi (action) pembelajaran dan observasi serta refleksi (reflection) terhadap perencanaan dan implementasi pembelajaran tersebut, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.
Lesson Study pada dasarnya adalah salah satu bentuk kegiatan pengembangan profesional guru yang bercirikan guru membuka pelajaran yang dikelolanya untuk guru sejawat lainnya sebagai observer, sehingga memungkinkan guru-guru dapat membagi pengalaman pembelajaran dengan sejawatnya. Lesson study merupakan proses pelatihan guru yang bersiklus, diawali dengan seorang guru: 1) merencanakan pelajaran melalui eksplorasi akademik terhadap materi ajar dan alat-alat pelajaran; 2) melakukan pembelajaran berdasarkan rencana dan alat-alat pelajaran yang dibuat, mengundang sejawat untuk mengobservasi; 3) melakukan refleksi terhadap pelajaran tadi melalui tukar pandangan, ulasan, dan diskusi dengan para observer. Oleh karena itu, implementasi program lesson study perlu dimonitor dan dievaluasi sehingga akan diketahui bagaimana keefektifan, keefesienan dan perolehan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Lesson study sebagai salah satu program kegiatan untuk meningkatkan
kompetensi guru dan kualitas pembelajaran dapat dikembangkan di sekolah sebagai studi untuk analisis atas suatu praktik pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran berbasis riset untuk menemukan inovasi pembelajaran tertentu.
2. Pelaksanaan Lesson Study Berbasis Sekolah
Robinson (2006) mengusulkan ada delapan tahap berdasarkan pada banyaknya kegiatan yang diperlukan dalam pelaksanaan lesson study, yakni:
Tahap 1: Pemilihan topik lesson study
Tahap 2: Melakukan reviu silabus untuk mendapatkan kejelasan tujuan pembelajaran untuk topik tersebut dan mencari ide-ide dari materi yang ada dalam buku pelajaran. Selajutnya bekerja dalam kelompok untuk menyusun rencana pembelajaran.
Tahap 3: Setiap tim yang telah menyusun rencana pembelajaran menyajikan atau mempresentasikan rencana pembelajarannya, sementara kelompok lain memberi masukan, sampai akhirnya diperoleh rencana pembelajaran yang lebih baik.
Tahap 4: Guru yang ditunjuk oleh kelompok menggunakan masukan-masukan tersebut untuk memperbaiki rencana pembelajaran.
Tahap 5: Guru yang ditunjuk tersebut mempresentasikan rencana pembelajarannya di depan semua anggota kelompok lesson study untuk mendapatkan balikan.
Tahap 6: Guru yang ditunjuk tersebut memperbaiki kembali secara lebih detail rencana pembelajaran dan mengirimkan pada semua guru anggota kelompok, agar mereka tahu bagaimana pembelajaran akan dilaksanakan di kelas.
Tahap 7: Para guru dapat mempelajari kembali tentang rencana pembelajaran tersebut dan mempertimbangkannya dari berbagai aspek pengalaman pembelajaran yang mereka miliki, khususnya difokuskan pada hal-hal yang penting seperti : hal-hal yang akan dilakukan guru, pemahaman siswa, proses pemecahan oleh murid, dan kemungkinan yang akan terjadi dalam implementasi pembelajarannya.
Tahap 8: Guru yang ditunjuk tersebut melaksanakan rencana pembelajaran di kelas, sementara guru yang lain bersama dosen/pakar mengamati sesuai dengan tugas masing-masing untuk memberi masukan pada guru. Pertemuan refleksi segera dilakukan secepatnya kegiatan pelaksanaan pembelajaran, untuk memperoleh masukan dari guru observer, dan akhirnya komentar dari dosen atau pakar luar tentang keseluruhan proses serta saran sebagai peningkatan pembelajaran, jika mereka mengulang di kelas masing-masing atau untuk topik yang berbeda.
Dari delapan tahapan di atas tampak adanya upaya penyusunan dan perbaikan rencana pembelajaran yang berulang-ulang untuk memperoleh rencana pembelajaran yang terbaik.
Dalam implementasi lesson study yang dilakukan oleh IMSTEP-JICA di Indonesia, Saito, dkk (2005) mengenalkan lesson study yang berorientasi pada
praktik. Lesson study yang dilaksanakan tersebut terdiri atas 3 tahap pokok, yakni:
1. Merencanakan pembelajaran dengan penggalian akademis pada topik dan alat-alat pembelajaran yang digunakan, yang selanjutnya disebut tahap Plan.
2. Melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada rencana pembelajaran dan alat-alat yang disediakan, serta mengundang rekan-rekan sejawat untuk mengamati. Kegiatan ini disebut tahap Do.
3. Melaksanakan refleksi melalui berbagai pendapat/tanggapan dan diskusi bersama pengamat/observer. Kegiatan ini disebut tahap See.
a) Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah yang ada di kelas yang akan digunakan untuk kegiatan lesson study dan perencanaan alternatif pemecahannya. Identifikasi masalah dalam rangka perencanaan pemecahan masalah tersebut berkaitan dengan pokok bahasan (materi pelajaran) yang relevan dengan kelas dan jadwal pelajaran, karakteristik siswa dan suasana kelas, metode/pendekatan pembelajaran, media, alat peraga, dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Dari hasil identifikasi tersebut didiskusikan (dalam kelompok lesson study)
tentang pemilihan materi pembelajaran, pemilihan metode dan media yang sesuai dengan karakteristik siswa, serta jenis evaluasi yang akan digunakan. Pada saat diskusi, akan muncul pendapat dan sumbang saran dari para guru dan pakar dalam kelompok tersebut untuk menetapkan pilihan yang akan diterapkan. Pada tahap ini, pakar dapat mengemukakan hal-hal penting/baru yang perlu diketahui dan diterapkan oleh para guru, seperti pendekatan pembelajaran konstruktif, pendekatan pembelajaran yang memandirikan belajar siswa, pembelajaran kontekstual, pengembangan life skill, Realistic Mathematics Education, pemutakhiran materi ajar, atau lainnya yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pemilihan tersebut.
Hal yang penting pula untuk didiskusikan adalah penyusunan lembar observasi, terutama penentuan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu proses pembelajaran dan indikator-indikatornya, terutama dilihat dari segi tingkah laku siswa. Aspek-aspek proses pembelajaran dan indikator-indikator itu disusun berdasarkan perangkat pembelajaran yang dibuat serta kompetensi dasar yang ditetapkan untuk dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Dari hasil identifikasi masalah dan diskusi perencanaan pemecahannya, selanjutnya disusun dan dikemas dalam suatu perangkat pembelajaran yang terdiri atas :
i. Rencana Pembelajaran (RP)
ii. Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran (Teaching Guide)
iii. Lembar Kerja Siswa (LKS)
iv. Media atau alat peraga pembelajaran
v. Instrumen penilaian proses dan hasil pembelajaran.
vi. Lembar observasi pembelajaran.
Penyusunan perangkat pembelajaran ini dapat dilakukan oleh seorang guru atau beberapa orang guru atas dasar kesepakatan tentang aspek-aspek pembelajaran yang direncanakan sebagai hasil dari diskusi. Hasil penyusunan perangkat pembelajaran tersebut perlu dikonsultasikan dengan dosen atau guru yang dipandang pakar dalam kelompoknya untuk disempurnakan.
Perencanaan itu dapat juga diatur sebaliknya, yaitu seorang atau beberapa orang guru yang ditunjuk dalam kelompok mengidentifikasi permasalahan dan membuat perencanaan pemecahannya yang berupa perangkat-perangkat pembelajaran untuk suatu pokok bahasan dalam suatu mata pelajaran yang telah ditetapkan dalam kelompok. Selanjutnya, hasil identifikasi masalah dan perangkat pembelajaran tersebut didiskusikan untuk disempurnakan.
b) Implementasi dan Observasi
Pada tahap ini seorang guru yang telah ditunjuk (disepakati) oleh kelompoknya, melakukan implementasi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun tersebut, di kelas. Pakar dan guru lain melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan dan perangkat lain yang diperlukan. Para observer ini mencatat hal-hal positif dan negatif dalam proses pembelajaran, terutama dilihat dari segi tingkah laku siswa. Selain itu (jika memungkinkan), dilakukan rekaman video (audio visual) yang mengclose-up kejadian-kejadian khusus (pada guru atau siswa) selama pelaksanaan pembelajaran. Hasil rekaman ini berguna nantinya sebagai bukti autentik kejadian-kejadian yang perlu didiskusikan dalam tahap refleksi atau pada seminar hasil lesson study, di samping itu dapat digunakan sebagai bahan diseminasi kepada khalayak yang lebih luas.
c. Refleksi
Selesai praktik pembelajaran, segera dilakukan refleksi. Pada tahap refleksi ini, guru yang tampil dan para observer serta pakar mengadakan diskusi tentang pembelajaran yang baru saja dilakukan. Diskusi ini dipimpin oleh Kepala Sekolah, Koordinator kelompok, atau guru yang ditunjuk oleh kelompok. Pertama guru yang melakukan implementasi rencana pembelajaran diberi kesempatan untuk menyatakan kesan-kesannya selama melaksanakan pembelajaran, baik terhadap dirinya maupun terhadap siswa yang dihadapi.
Selanjutnya observer (guru lain dan pakar) menyampaikan hasil analisis data observasinya, terutama yang menyangkut kegiatan siswa selama berlangsung pembelajaran yang disertai dengan pemutaran video hasil rekaman pembelajaran. Selanjutnya, guru yang melakukan implementasi tersebut akan memberikan tanggapan balik atas komentar para observer. Hal yang penting pula dalam tahap refleksi ini adalah mempertimbangkan kembali rencana pembelajaran yang telah disusun sebagai dasar untuk perbaikan rencana pembelajaran berikutnya. Apakah rencana pembelajaran tersebut telah sesuai dan dapat meningkatkan performance keaktifan belajar siswa. Jika belum ada kesesuaian, hal-hal apa saja yang belum sesuai, metode pembelajarannya, materi dalam LKS, media atau alat peraga, atau lainnya. Pertimbangan-pertimbangan ini digunakan untuk perbaikan rencana pembelajaran selanjutnya.
Beberapa penerapan lesson sttdy berbasis sekolah di SMP Tunas Agro adalah sebagai berikut :
Kelas Ajar : IX – B
Materi Ajar : Magnet
Kegiatan Lesson Study mata pelajaran IPA – Fisika yang pelaksanaannya memberikan pengalaman yang sangat berharga.
bahwa untuk membuat sebuah pembelajaran yang dikatakan berhasil diperlukan perencanaan yang sangat matang.
Untuk itulah, rencana pembelajaran yang akan dibuat harus dapat memprediksi dan membuat alternatif solusi untuk semua kejadian yang mungkin akan terjadi selama kegiatan pembelajaran. Hal ini penting untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang dapat menghambat pembelajaran yang akan diperoleh siswa.
Beberapa hal yang dapat menghambat dan alternatif solusi yang disarankan, diantaranya :
a) Ketidaksesuaian antara alokasi waktu dalam perencanaan dengan pelaksanaan kegiatan, biasanya hal ini terjadi dikarenakan oleh adanya beberapa kegiatan yang muncul selama kegiatan pembelajaran.
Solusi : Mengarahkan setiap kegiatan yang tidak terprediksi ke kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan agar alokasi waktu tetap sesuai dengan perencanaan.
b) Bimbingan langsung untuk siswa yang belum paham diberikan dalam batasan waktu tertentu sehingga semua siswa yang belum paham dapat terakomodasi.
Solusi : Membagi siswa dalam kelompok - kelompok kecil dengan kriteria tertentu semisal tingkat penerimaan materi ajarnya, atau pun berdasarkan keaktifan dalam kegiatan pembelajaran.
Kelas Ajar : VII – A
Materi Ajar : Sistem Ekskresi
Kegiatan Lesson Study IPA – Biologi, memberikan banyak masukan yang sangat berarti.
Dari kegiatan ini mendapatkan hal – hal sebagai berikut :
Kelas Ajar : VII – B
Materi Ajar : Shalat Jamak, Shalat Qasar dan Shalat Jamak – Qasar.
Kegiatan Lesson Study Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, bahwa sebuah kegiatan pembelajaran yang nyaman adalah sebuah kegiatan pembelajaran yang penuh dengan kehangatan seorang guru. Penulis mendapatkan bahwa belajar bukanlah dengan paksaan akan tetapi dengan kasih sayang, sehingga siswa merasa bahwa belajar bukanlah sebuah paksaan akan tetapi sebuah kesenangan.
Kegiatan pembelajaran yang penuh dengan paksaan hanya akan membuat siswa tertekan dan pada akhirnya tujuan akhir dari sebuah kegiatan pembelajaran yang diharapkan tidak dapat tercapai secara utuh.
2. Manfaat Lesson Study Berbasis Sekolah
Lesson study dipilih dan dimplementasikan karena beberapa alasan. Pertama, lesson study merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas belajar siswa. Hal ini karena (1) pengembangan lesson study dilakukan dan didasarkan pada hasil “sharing” pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktik dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru, (2) penekanan mendasar pada pelaksanaan suatu lesson study adalah agar para siswa memiliki kualitas belajar, (3) kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa, dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam pembelajaran di kelas, (4) berdasarkan pengalaman real di kelas, lesson study mampu menjadi landasan bagi pengembangan pembelajaran, dan (5) lesson study akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti pembelajaran (Lewis, 2002).
Kedua, lesson study yang didisain dengan baik akan menjadikan guru yang profesional dan inovatif. Dengan melaksanakan lesson study para guru dapat (1) menentukan kompetensi yang perlu dimiliki siswa, merencanakan dan melaksanakan pembelajaran (lesson) yang efektif; (2) mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang bermanfaat bagi siswa; (3) memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang disajikan para guru; (4) menentukan standar kompetensi yang akan dicapai para siswa; (5) merencanakan pelajaran secara kolaboratif; (6) mengkaji secara teliti belajar dan perilaku siswa; (7) mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat diandalkan; dan (8) melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya berdasarkan pandangan siswa dan koleganya (Lewis, 2002).
Wang-Iverson dan Yoshida (2005) mengatakan bahwa lesson study memiliki beberapa manfaat sebagai berikut.
1). Mengurangi keterasingan guru (dari komunitasnya)
2). Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya
3). Memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan dan urutan materi dalam kurikulum.
4). Membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar siswa.
5). Menciptakan terjadinya pertukaran pengetahuan tentang pemahaman berpikir dan belajar siswa
6). Meningkatkan kolaborasi pada sesama guru.
Beberapa manfaat yang di dapat setelah guru mengimplementasikan lesson study di SMP Tunas Agro adalah sebagai berikut :
- Kolektivitas.
Jika biasanya program perbaikan diupayakan oleh tiap individu, maka kegiatan Lesson Study justru mensyaratkan kebersamaan. Kesuksesan peserta didik dan proses belajar mengajar di kelas menjadi tanggung jawab bersama. Siklus ”plan see do” pada kegiatan Lesson Study merupakan hasil musyawarah terbuka para guru.
- Terpusat pada peserta didik dan proses belajar mengajar.
Kegiatan Lesson Study tidak menyasar hal kompleks seperti quo vadis sekolah, namun kegiatan ini tak kalah penting fungsinya. Peserta didik dan proses belajar mengajar yang merupakan “hati” dari sebuah sekolah benar-benar diperhatikan. Pertanyaan-pertanyaan seperti; Kapan siswa antusias? Kapan siswa mengantuk? Bagian pelajaran mana yang menginspirasi? Tugas seperti apakah yang mudah namun kaya makna? Dan apakah kerja perseorangan atau kelompok? Dapat terjawab dalam kegiatan ini.
Guru-guru yang berperan sebagai observer memiliki kesempatan untuk mempelajari banyak hal dari guru yang melaksanakan proses belajar mengajar. Secara unik, kegiatan ini mewajibkan setiap observer untuk menuliskan tiga nilai positif dari guru ketika mengajar.
- Belajar dari rekan sejawat.
Belajar dari rekan sejawat Saya anggap lebih mudah tinimbang belajar pada pakar pendidikan yang membagikan ilmunya pada kegiatan pelatihan atau seminar. Belajar dari rekan sejawat, tantangan kesenjangan dari segi ilmu, pengalaman, budaya, dan usia lebih mudah disikapi. Kegiatan Lesson Study pun pada akhirnya memupuk para guru melakukan kerja keras berupa refleksi, inovasi, dan konsistensi pelaksanaan pembelajaran yang efektif. Rasanya malu bila tidak menyajikan yang terbaik pada siswa dan observer.
- Berbasis sekolah atau mata pelajaran.
Intensitas program KKG atau MGMP tak mungkin dilaksanakan secara rutin di wilayah Kabupaten Seruyan. Sebab utama adalah jarak dan waktu. Sebagai contoh, ada guru yang menempuh jarak rekira 400 km via darat dan air untuk menghadiri forum KKG atau MGMP di Kuala Pembuang (Ibu kota kabupaten). Lesson Study yang berbasis pada sekolah atau mata pelajaran membuat kegiatan ini mudah dan murah dari segi pelaksanaan.
Dengan adanya Lesson study dapat terlihat bahwa guru dalam proses pembelajarannya lebih banyak mengoptimalkan peserta didik. Peserta didik dipacu untuk selalu aktif dalam proses pembelajaran dikelas, baik dalam interaksi dalam kelompoknya maupun teman di kelas.
- Banyak metode dan model pembelajaran yang diambil
Dengan dilaksanakan Lesson study di SMP tunas agro, maka guru dituntut untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang berkembang pada saat ini, sehingga guru yang lain dapat mengadopsi model-model pembelajaran yang telah digunakan oleh guru yang bersangkutan untuk digunakan dalam proses pembelajaran di kelas.
- Peerteaching
Pada dasarnya setiap guru mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dalam menyampaikan materi pembelajaran di kelas.ada yang menyenangkan ada pula yang kurang menyenagkan. Hal ini terlihat dari peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Dengan adanya lesson study maka guru dapat mengambil cara yang digunakan oleh guru lain dalam mengajar agar pembelajaran di kelas lebih menyenangkan.
- Pemanfaatn secara maksimal media pembelajaran.
Dengan adanya lesson study maka guru dituntut untuk membuat media pembelajaran yang dapat digunakan dalam penyampaian materi kepada peserta didik di kelas. Diharapkan dengan adanya media pembelajaran yang dibuat oleh guru, peserta didik dapat mengikuti pembelajaran di kelas dengan menyenangkan. Disisi lain dengan adanya pembuatan media pemeblajaran ini juga memudahkan pendidik (guru) dalam menyampaikan materi di kelas tanpa harus sering membuka buku teks pelajaran.
Metode pembelajaran baru, seperti snowball yang telah diterapkan bidang studi biologi dan agama, yang telah diterapkan oleh bidang studi agama, yang telah diterapkan bidang studi bahasa inggris, dll. Dengan ini metode tersebut saya dapat belajar dari metode–metode baru sehingga pembelajaran matematika lebih berwarna, sehingga siswa cenderung aktif dan pembelajaran di kelas lebih menyenangkan.
- Dapat belajar pembagian waktu dalam proses belajar mengajar, yang tetap harus disesuaikan dengan pembelajaran matematika yang cenderung lebih banyak latihan daripada teorinya.
- Dapat belajar cara mengajar guru lain, diantaranya pengelolaan kelas dan upaya guru untuk selalu membuat siswa aktif dan mampu menyerap materi.
- Dapat belajar metode-metode pembelajaran baru, seperti snowball, team work, team ahli, direct instruction, dll. Dengan ini metode yang saya pakai dapat mengadopsi metode–metode baru sehingga pembelajaran IPS tidak membosankan, dan anak-anak cenderung aktif dengan metode-metode seperti yang di atas.
- Dapat belajar pembagian waktu dalam proses belajar mengajar
- Dapat belajar cara mengajar guru lain, semacam intonasi, sikap, kemampuan mengelola kelas, pendampingan pada anak yang kurang kemampuannya.
- Dapat mengetahui kekurangan saya ketika mengajar dan memperbaikinya.
- guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota lainnya, dan
- guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study.
- Mengurangi keterasingan guru
- Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya
- Memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan, dan urutan materi dalam kurikulum
- Membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar siswa
- menciptakan terjadinya pertukaran pengetahuan tentang pemahaman berfikir dan belajar siswa
- meningkatkan kolaborasi antar guru.
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, maka beberapa yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
Paradigma pembelajaran di kelas dewasa ini telah mengalami pergeseran orientasi. Semula, orientasi pembelajaran itu tidak lebih sekedar penyampaian informasi kepada peserta didik. Namun sekarang, pembelajaran lebih diutamakan untuk menggali potensi peserta didik, sehingga memancar daripadanya pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilannya (psikomotor). Strategi yang digunakan pun tidak lagi sekedar pemberian materi, tetapi juga menstimulasi peserta didik agar mampu merumuskan sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya.
Adanya pergeseran paradigma itu mejadikan peran guru di kelas berubah, dari peran yang hanya penyampai informasi (transformator) kepada peran sebagai perantara (fasilitator dan mediator). Dengan kata lain, pergeseran dari “teacher centered” ke “student centered“. Adanya pergeseran paradigma tersebut, menuntut guru untuk lebih meningkatkan kompetensinya, baik sebagai seorang profesionalisme maupun sebagai seorang craftmant (tenaga ahli dan terampil).
Untuk mengatasi hal-hal tersebut guru perlu melakukan lesson study, sehingga guru dapat melakukan review terhadap kinerjanya yang selanjutnya dapat digunakan sebagai masukan untuk memperbaiki kinerjanya. Dengan melaksanakan Lesson study, wawasan guru akan berkembang dan termotivasi untuk selalu berinovasi yang selanjutnya akan menjadi guru yang profesional.
Lesson Study dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan keprofesionalan guru, yaitu dengan menguraikan delapan pengalaman yang diberikan Lesson Study kepada guru sebagai berikut. Lesson Study memungkinkan guru untuk:
- memikirkan dengan cermat mengenai tujuan dari pembelajaran, materi pokok, dan bidang studi,
- mengkaji dan mengembangkan pembelajaran terbaik yang dapat dikembangkan,
- memperdalam pengetahuan mengenai mengenai materi pokok yang diajarkan,
- memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai berkaitan dengan siswa,
- merancang pembelajaran secara kolaboratif,
- mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta tingkah laku siswa,
- mengembangkan pengetahuan pedagogis yang kuat/penuh daya, dan
- melihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata siswa dan kolega.
Lesson Study bukan metoda atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan Lesson Study dapat menerapkan berbagai metoda/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru. Lesson study dapat dilakukan oleh sejumlah guru dan pakar pembelajaran yang mencakup 3 (tiga) tahap kegiatan, yaitu perencanaan (planning), implementasi (action) pembelajaran dan observasi serta refleksi (reflection) terhadap perencanaan dan implementasi pembelajaran tersebut, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.
Lesson Study pada dasarnya adalah salah satu bentuk kegiatan pengembangan profesional guru yang bercirikan guru membuka pelajaran yang dikelolanya untuk guru sejawat lainnya sebagai observer, sehingga memungkinkan guru-guru dapat membagi pengalaman pembelajaran dengan sejawatnya. Lesson study merupakan proses pelatihan guru yang bersiklus, diawali dengan seorang guru: 1) merencanakan pelajaran melalui eksplorasi akademik terhadap materi ajar dan alat-alat pelajaran; 2) melakukan pembelajaran berdasarkan rencana dan alat-alat pelajaran yang dibuat, mengundang sejawat untuk mengobservasi; 3) melakukan refleksi terhadap pelajaran tadi melalui tukar pandangan, ulasan, dan diskusi dengan para observer. Oleh karena itu, implementasi program lesson study perlu dimonitor dan dievaluasi sehingga akan diketahui bagaimana keefektifan, keefesienan dan perolehan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Lesson study sebagai salah satu program kegiatan untuk meningkatkan kompetensi guru dan kualitas pembelajaran dapat dikembangkan di sekolah sebagai studi untuk analisis atas suatu praktik pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran berbasis riset untuk menemukan inovasi pembelajaran tertentu.
Kekurangan yang sangat menonjol yaitu dalam hal kualitas siswa yang menjadi input. Seluruh siswa yang melanjutkan ke SMP TUNAS AGRO berasal dari SDN yang ada di sekitar perkebunan yang kualitasnya kurang baik. Kemampuan akademik anak-anak pada umumnya masih sangat terbatas sehingga perlu pembinaan yang intensif dan terencana. Akibat terbatasnya informasi dan pergaulan, sebagian besar siswa tidak memiliki wawasan yang luas dan baik tentang pentingnya pendidikan. Sebagian besar siswa kurang menyadari pentingnya pendidikan bagi kehidupan mereka kelak. Akibatnya motivasi siswa untuk belajar dan berprestasi juga rendah.
Perlunya penerapan lesson study berbasis sekolah dalam mengembangkan pembelajaran guru dalam mengaktifkan siswa belajar di SMP Tunas Agro
- B. Rumusan Masalah
- Bagaimanakah penerapan lesson study berbasis sekolah di SMP Selopuro ?
- Apa manfaat bagi guru setelah mengimplementasikan lesson study di SMP Selopuro ?
- C. Tujuan
- Mendeskripsikan pelaksanaan lesson study berbasis sekolah di SMP Selopuro
- Mengetahui manfaat lesson study dalam mengembangkan pembelajaran guru mengaktifkan siswa belajar
1. Pengertian Lesson Study
Lesson Study yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar . Dengan demikian, Lesson Study bukan metoda atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan Lesson Study dapat menerapkan berbagai metoda/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru. Lesson study dapat dilakukan oleh sejumlah guru dan pakar pembelajaran yang mencakup 3 (tiga) tahap kegiatan, yaitu perencanaan (planning), implementasi (action) pembelajaran dan observasi serta refleksi (reflection) terhadap perencanaan dan implementasi pembelajaran tersebut, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.
Lesson Study pada dasarnya adalah salah satu bentuk kegiatan pengembangan profesional guru yang bercirikan guru membuka pelajaran yang dikelolanya untuk guru sejawat lainnya sebagai observer, sehingga memungkinkan guru-guru dapat membagi pengalaman pembelajaran dengan sejawatnya. Lesson study merupakan proses pelatihan guru yang bersiklus, diawali dengan seorang guru: 1) merencanakan pelajaran melalui eksplorasi akademik terhadap materi ajar dan alat-alat pelajaran; 2) melakukan pembelajaran berdasarkan rencana dan alat-alat pelajaran yang dibuat, mengundang sejawat untuk mengobservasi; 3) melakukan refleksi terhadap pelajaran tadi melalui tukar pandangan, ulasan, dan diskusi dengan para observer. Oleh karena itu, implementasi program lesson study perlu dimonitor dan dievaluasi sehingga akan diketahui bagaimana keefektifan, keefesienan dan perolehan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Lesson study sebagai salah satu program kegiatan untuk meningkatkan
kompetensi guru dan kualitas pembelajaran dapat dikembangkan di sekolah sebagai studi untuk analisis atas suatu praktik pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran berbasis riset untuk menemukan inovasi pembelajaran tertentu.
2. Pelaksanaan Lesson Study Berbasis Sekolah
Robinson (2006) mengusulkan ada delapan tahap berdasarkan pada banyaknya kegiatan yang diperlukan dalam pelaksanaan lesson study, yakni:
Tahap 1: Pemilihan topik lesson study
Tahap 2: Melakukan reviu silabus untuk mendapatkan kejelasan tujuan pembelajaran untuk topik tersebut dan mencari ide-ide dari materi yang ada dalam buku pelajaran. Selajutnya bekerja dalam kelompok untuk menyusun rencana pembelajaran.
Tahap 3: Setiap tim yang telah menyusun rencana pembelajaran menyajikan atau mempresentasikan rencana pembelajarannya, sementara kelompok lain memberi masukan, sampai akhirnya diperoleh rencana pembelajaran yang lebih baik.
Tahap 4: Guru yang ditunjuk oleh kelompok menggunakan masukan-masukan tersebut untuk memperbaiki rencana pembelajaran.
Tahap 5: Guru yang ditunjuk tersebut mempresentasikan rencana pembelajarannya di depan semua anggota kelompok lesson study untuk mendapatkan balikan.
Tahap 6: Guru yang ditunjuk tersebut memperbaiki kembali secara lebih detail rencana pembelajaran dan mengirimkan pada semua guru anggota kelompok, agar mereka tahu bagaimana pembelajaran akan dilaksanakan di kelas.
Tahap 7: Para guru dapat mempelajari kembali tentang rencana pembelajaran tersebut dan mempertimbangkannya dari berbagai aspek pengalaman pembelajaran yang mereka miliki, khususnya difokuskan pada hal-hal yang penting seperti : hal-hal yang akan dilakukan guru, pemahaman siswa, proses pemecahan oleh murid, dan kemungkinan yang akan terjadi dalam implementasi pembelajarannya.
Tahap 8: Guru yang ditunjuk tersebut melaksanakan rencana pembelajaran di kelas, sementara guru yang lain bersama dosen/pakar mengamati sesuai dengan tugas masing-masing untuk memberi masukan pada guru. Pertemuan refleksi segera dilakukan secepatnya kegiatan pelaksanaan pembelajaran, untuk memperoleh masukan dari guru observer, dan akhirnya komentar dari dosen atau pakar luar tentang keseluruhan proses serta saran sebagai peningkatan pembelajaran, jika mereka mengulang di kelas masing-masing atau untuk topik yang berbeda.
Dari delapan tahapan di atas tampak adanya upaya penyusunan dan perbaikan rencana pembelajaran yang berulang-ulang untuk memperoleh rencana pembelajaran yang terbaik.
Dalam implementasi lesson study yang dilakukan oleh IMSTEP-JICA di Indonesia, Saito, dkk (2005) mengenalkan lesson study yang berorientasi pada
praktik. Lesson study yang dilaksanakan tersebut terdiri atas 3 tahap pokok, yakni:
1. Merencanakan pembelajaran dengan penggalian akademis pada topik dan alat-alat pembelajaran yang digunakan, yang selanjutnya disebut tahap Plan.
2. Melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada rencana pembelajaran dan alat-alat yang disediakan, serta mengundang rekan-rekan sejawat untuk mengamati. Kegiatan ini disebut tahap Do.
3. Melaksanakan refleksi melalui berbagai pendapat/tanggapan dan diskusi bersama pengamat/observer. Kegiatan ini disebut tahap See.
a) Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah yang ada di kelas yang akan digunakan untuk kegiatan lesson study dan perencanaan alternatif pemecahannya. Identifikasi masalah dalam rangka perencanaan pemecahan masalah tersebut berkaitan dengan pokok bahasan (materi pelajaran) yang relevan dengan kelas dan jadwal pelajaran, karakteristik siswa dan suasana kelas, metode/pendekatan pembelajaran, media, alat peraga, dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Dari hasil identifikasi tersebut didiskusikan (dalam kelompok lesson study)
tentang pemilihan materi pembelajaran, pemilihan metode dan media yang sesuai dengan karakteristik siswa, serta jenis evaluasi yang akan digunakan. Pada saat diskusi, akan muncul pendapat dan sumbang saran dari para guru dan pakar dalam kelompok tersebut untuk menetapkan pilihan yang akan diterapkan. Pada tahap ini, pakar dapat mengemukakan hal-hal penting/baru yang perlu diketahui dan diterapkan oleh para guru, seperti pendekatan pembelajaran konstruktif, pendekatan pembelajaran yang memandirikan belajar siswa, pembelajaran kontekstual, pengembangan life skill, Realistic Mathematics Education, pemutakhiran materi ajar, atau lainnya yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pemilihan tersebut.
Hal yang penting pula untuk didiskusikan adalah penyusunan lembar observasi, terutama penentuan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu proses pembelajaran dan indikator-indikatornya, terutama dilihat dari segi tingkah laku siswa. Aspek-aspek proses pembelajaran dan indikator-indikator itu disusun berdasarkan perangkat pembelajaran yang dibuat serta kompetensi dasar yang ditetapkan untuk dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Dari hasil identifikasi masalah dan diskusi perencanaan pemecahannya, selanjutnya disusun dan dikemas dalam suatu perangkat pembelajaran yang terdiri atas :
i. Rencana Pembelajaran (RP)
ii. Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran (Teaching Guide)
iii. Lembar Kerja Siswa (LKS)
iv. Media atau alat peraga pembelajaran
v. Instrumen penilaian proses dan hasil pembelajaran.
vi. Lembar observasi pembelajaran.
Penyusunan perangkat pembelajaran ini dapat dilakukan oleh seorang guru atau beberapa orang guru atas dasar kesepakatan tentang aspek-aspek pembelajaran yang direncanakan sebagai hasil dari diskusi. Hasil penyusunan perangkat pembelajaran tersebut perlu dikonsultasikan dengan dosen atau guru yang dipandang pakar dalam kelompoknya untuk disempurnakan.
Perencanaan itu dapat juga diatur sebaliknya, yaitu seorang atau beberapa orang guru yang ditunjuk dalam kelompok mengidentifikasi permasalahan dan membuat perencanaan pemecahannya yang berupa perangkat-perangkat pembelajaran untuk suatu pokok bahasan dalam suatu mata pelajaran yang telah ditetapkan dalam kelompok. Selanjutnya, hasil identifikasi masalah dan perangkat pembelajaran tersebut didiskusikan untuk disempurnakan.
b) Implementasi dan Observasi
Pada tahap ini seorang guru yang telah ditunjuk (disepakati) oleh kelompoknya, melakukan implementasi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun tersebut, di kelas. Pakar dan guru lain melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan dan perangkat lain yang diperlukan. Para observer ini mencatat hal-hal positif dan negatif dalam proses pembelajaran, terutama dilihat dari segi tingkah laku siswa. Selain itu (jika memungkinkan), dilakukan rekaman video (audio visual) yang mengclose-up kejadian-kejadian khusus (pada guru atau siswa) selama pelaksanaan pembelajaran. Hasil rekaman ini berguna nantinya sebagai bukti autentik kejadian-kejadian yang perlu didiskusikan dalam tahap refleksi atau pada seminar hasil lesson study, di samping itu dapat digunakan sebagai bahan diseminasi kepada khalayak yang lebih luas.
c. Refleksi
Selesai praktik pembelajaran, segera dilakukan refleksi. Pada tahap refleksi ini, guru yang tampil dan para observer serta pakar mengadakan diskusi tentang pembelajaran yang baru saja dilakukan. Diskusi ini dipimpin oleh Kepala Sekolah, Koordinator kelompok, atau guru yang ditunjuk oleh kelompok. Pertama guru yang melakukan implementasi rencana pembelajaran diberi kesempatan untuk menyatakan kesan-kesannya selama melaksanakan pembelajaran, baik terhadap dirinya maupun terhadap siswa yang dihadapi.
Selanjutnya observer (guru lain dan pakar) menyampaikan hasil analisis data observasinya, terutama yang menyangkut kegiatan siswa selama berlangsung pembelajaran yang disertai dengan pemutaran video hasil rekaman pembelajaran. Selanjutnya, guru yang melakukan implementasi tersebut akan memberikan tanggapan balik atas komentar para observer. Hal yang penting pula dalam tahap refleksi ini adalah mempertimbangkan kembali rencana pembelajaran yang telah disusun sebagai dasar untuk perbaikan rencana pembelajaran berikutnya. Apakah rencana pembelajaran tersebut telah sesuai dan dapat meningkatkan performance keaktifan belajar siswa. Jika belum ada kesesuaian, hal-hal apa saja yang belum sesuai, metode pembelajarannya, materi dalam LKS, media atau alat peraga, atau lainnya. Pertimbangan-pertimbangan ini digunakan untuk perbaikan rencana pembelajaran selanjutnya.
Beberapa penerapan lesson sttdy berbasis sekolah di SMP Tunas Agro adalah sebagai berikut :
- Kegiatan Lesson Study Mata Pelajaran IPA – Fisika
Kelas Ajar : IX – B
Materi Ajar : Magnet
Kegiatan Lesson Study mata pelajaran IPA – Fisika yang pelaksanaannya memberikan pengalaman yang sangat berharga.
bahwa untuk membuat sebuah pembelajaran yang dikatakan berhasil diperlukan perencanaan yang sangat matang.
Untuk itulah, rencana pembelajaran yang akan dibuat harus dapat memprediksi dan membuat alternatif solusi untuk semua kejadian yang mungkin akan terjadi selama kegiatan pembelajaran. Hal ini penting untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang dapat menghambat pembelajaran yang akan diperoleh siswa.
Beberapa hal yang dapat menghambat dan alternatif solusi yang disarankan, diantaranya :
a) Ketidaksesuaian antara alokasi waktu dalam perencanaan dengan pelaksanaan kegiatan, biasanya hal ini terjadi dikarenakan oleh adanya beberapa kegiatan yang muncul selama kegiatan pembelajaran.
Solusi : Mengarahkan setiap kegiatan yang tidak terprediksi ke kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan agar alokasi waktu tetap sesuai dengan perencanaan.
b) Bimbingan langsung untuk siswa yang belum paham diberikan dalam batasan waktu tertentu sehingga semua siswa yang belum paham dapat terakomodasi.
Solusi : Membagi siswa dalam kelompok - kelompok kecil dengan kriteria tertentu semisal tingkat penerimaan materi ajarnya, atau pun berdasarkan keaktifan dalam kegiatan pembelajaran.
- Kegiatan Lesson Study Mata Pelajaran IPA – Biologi
Kelas Ajar : VII – A
Materi Ajar : Sistem Ekskresi
Kegiatan Lesson Study IPA – Biologi, memberikan banyak masukan yang sangat berarti.
Dari kegiatan ini mendapatkan hal – hal sebagai berikut :
- Kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan sangat baik jika dalam kegiatan pembelajaran disisipi dengan candaan, sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung lebih menarik.
- Evaluasi pembelajaran dapat dibuat semenarik mungkin, dari kegiatan ini penulis mendapatkan bahwa evaluasi yang digunakan oleh guru mata pelajaran diberikan dengan sebuah permainan sehingga siswa lebih nyaman dan lebih tertarik lagi untuk belajar.
- Kegiatan pembelajaran akan berjalan lebih baik jika terdapat komunikasi dua arah sehingga ada proses timbal balik baik dari siswa ataupun dari pengajarnya. Kegiatan pembelajaran yang menggunakan komunikasi satu arah akan cenderung membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih monoton, dan membosankan.
- Kegiatan Lesson Study Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Kelas Ajar : VII – B
Materi Ajar : Shalat Jamak, Shalat Qasar dan Shalat Jamak – Qasar.
Kegiatan Lesson Study Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, bahwa sebuah kegiatan pembelajaran yang nyaman adalah sebuah kegiatan pembelajaran yang penuh dengan kehangatan seorang guru. Penulis mendapatkan bahwa belajar bukanlah dengan paksaan akan tetapi dengan kasih sayang, sehingga siswa merasa bahwa belajar bukanlah sebuah paksaan akan tetapi sebuah kesenangan.
Kegiatan pembelajaran yang penuh dengan paksaan hanya akan membuat siswa tertekan dan pada akhirnya tujuan akhir dari sebuah kegiatan pembelajaran yang diharapkan tidak dapat tercapai secara utuh.
2. Manfaat Lesson Study Berbasis Sekolah
Lesson study dipilih dan dimplementasikan karena beberapa alasan. Pertama, lesson study merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas belajar siswa. Hal ini karena (1) pengembangan lesson study dilakukan dan didasarkan pada hasil “sharing” pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktik dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru, (2) penekanan mendasar pada pelaksanaan suatu lesson study adalah agar para siswa memiliki kualitas belajar, (3) kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa, dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam pembelajaran di kelas, (4) berdasarkan pengalaman real di kelas, lesson study mampu menjadi landasan bagi pengembangan pembelajaran, dan (5) lesson study akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti pembelajaran (Lewis, 2002).
Kedua, lesson study yang didisain dengan baik akan menjadikan guru yang profesional dan inovatif. Dengan melaksanakan lesson study para guru dapat (1) menentukan kompetensi yang perlu dimiliki siswa, merencanakan dan melaksanakan pembelajaran (lesson) yang efektif; (2) mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang bermanfaat bagi siswa; (3) memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang disajikan para guru; (4) menentukan standar kompetensi yang akan dicapai para siswa; (5) merencanakan pelajaran secara kolaboratif; (6) mengkaji secara teliti belajar dan perilaku siswa; (7) mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat diandalkan; dan (8) melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya berdasarkan pandangan siswa dan koleganya (Lewis, 2002).
Wang-Iverson dan Yoshida (2005) mengatakan bahwa lesson study memiliki beberapa manfaat sebagai berikut.
1). Mengurangi keterasingan guru (dari komunitasnya)
2). Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya
3). Memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan dan urutan materi dalam kurikulum.
4). Membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar siswa.
5). Menciptakan terjadinya pertukaran pengetahuan tentang pemahaman berpikir dan belajar siswa
6). Meningkatkan kolaborasi pada sesama guru.
Beberapa manfaat yang di dapat setelah guru mengimplementasikan lesson study di SMP Tunas Agro adalah sebagai berikut :
- Guru Bahasa Indonesia yang menyampaikan manfaat lesson study berbasis sekolah :
- Kolektivitas.
Jika biasanya program perbaikan diupayakan oleh tiap individu, maka kegiatan Lesson Study justru mensyaratkan kebersamaan. Kesuksesan peserta didik dan proses belajar mengajar di kelas menjadi tanggung jawab bersama. Siklus ”plan see do” pada kegiatan Lesson Study merupakan hasil musyawarah terbuka para guru.
- Terpusat pada peserta didik dan proses belajar mengajar.
Kegiatan Lesson Study tidak menyasar hal kompleks seperti quo vadis sekolah, namun kegiatan ini tak kalah penting fungsinya. Peserta didik dan proses belajar mengajar yang merupakan “hati” dari sebuah sekolah benar-benar diperhatikan. Pertanyaan-pertanyaan seperti; Kapan siswa antusias? Kapan siswa mengantuk? Bagian pelajaran mana yang menginspirasi? Tugas seperti apakah yang mudah namun kaya makna? Dan apakah kerja perseorangan atau kelompok? Dapat terjawab dalam kegiatan ini.
Guru-guru yang berperan sebagai observer memiliki kesempatan untuk mempelajari banyak hal dari guru yang melaksanakan proses belajar mengajar. Secara unik, kegiatan ini mewajibkan setiap observer untuk menuliskan tiga nilai positif dari guru ketika mengajar.
- Belajar dari rekan sejawat.
Belajar dari rekan sejawat Saya anggap lebih mudah tinimbang belajar pada pakar pendidikan yang membagikan ilmunya pada kegiatan pelatihan atau seminar. Belajar dari rekan sejawat, tantangan kesenjangan dari segi ilmu, pengalaman, budaya, dan usia lebih mudah disikapi. Kegiatan Lesson Study pun pada akhirnya memupuk para guru melakukan kerja keras berupa refleksi, inovasi, dan konsistensi pelaksanaan pembelajaran yang efektif. Rasanya malu bila tidak menyajikan yang terbaik pada siswa dan observer.
- Berbasis sekolah atau mata pelajaran.
Intensitas program KKG atau MGMP tak mungkin dilaksanakan secara rutin di wilayah Kabupaten Seruyan. Sebab utama adalah jarak dan waktu. Sebagai contoh, ada guru yang menempuh jarak rekira 400 km via darat dan air untuk menghadiri forum KKG atau MGMP di Kuala Pembuang (Ibu kota kabupaten). Lesson Study yang berbasis pada sekolah atau mata pelajaran membuat kegiatan ini mudah dan murah dari segi pelaksanaan.
- Guru Pendidikan Agama Islam menyampaikan manfaat lesson study berbasis sekolah :
Dengan adanya Lesson study dapat terlihat bahwa guru dalam proses pembelajarannya lebih banyak mengoptimalkan peserta didik. Peserta didik dipacu untuk selalu aktif dalam proses pembelajaran dikelas, baik dalam interaksi dalam kelompoknya maupun teman di kelas.
- Banyak metode dan model pembelajaran yang diambil
Dengan dilaksanakan Lesson study di SMP tunas agro, maka guru dituntut untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang berkembang pada saat ini, sehingga guru yang lain dapat mengadopsi model-model pembelajaran yang telah digunakan oleh guru yang bersangkutan untuk digunakan dalam proses pembelajaran di kelas.
- Peerteaching
Pada dasarnya setiap guru mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dalam menyampaikan materi pembelajaran di kelas.ada yang menyenangkan ada pula yang kurang menyenagkan. Hal ini terlihat dari peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Dengan adanya lesson study maka guru dapat mengambil cara yang digunakan oleh guru lain dalam mengajar agar pembelajaran di kelas lebih menyenangkan.
- Pemanfaatn secara maksimal media pembelajaran.
Dengan adanya lesson study maka guru dituntut untuk membuat media pembelajaran yang dapat digunakan dalam penyampaian materi kepada peserta didik di kelas. Diharapkan dengan adanya media pembelajaran yang dibuat oleh guru, peserta didik dapat mengikuti pembelajaran di kelas dengan menyenangkan. Disisi lain dengan adanya pembuatan media pemeblajaran ini juga memudahkan pendidik (guru) dalam menyampaikan materi di kelas tanpa harus sering membuka buku teks pelajaran.
- Guru Matematika menyampaikan manfaat lesson study berbasis sekolah :
Metode pembelajaran baru, seperti snowball yang telah diterapkan bidang studi biologi dan agama, yang telah diterapkan oleh bidang studi agama, yang telah diterapkan bidang studi bahasa inggris, dll. Dengan ini metode tersebut saya dapat belajar dari metode–metode baru sehingga pembelajaran matematika lebih berwarna, sehingga siswa cenderung aktif dan pembelajaran di kelas lebih menyenangkan.
- Dapat belajar pembagian waktu dalam proses belajar mengajar, yang tetap harus disesuaikan dengan pembelajaran matematika yang cenderung lebih banyak latihan daripada teorinya.
- Dapat belajar cara mengajar guru lain, diantaranya pengelolaan kelas dan upaya guru untuk selalu membuat siswa aktif dan mampu menyerap materi.
- Guru Bahasa Inggris menyampaikan manfaat lesson study berbasis sekolah :
- Guru IPS Menyampaikan Manfaat Lesson Study berbasis sekolah :
- Dapat belajar metode-metode pembelajaran baru, seperti snowball, team work, team ahli, direct instruction, dll. Dengan ini metode yang saya pakai dapat mengadopsi metode–metode baru sehingga pembelajaran IPS tidak membosankan, dan anak-anak cenderung aktif dengan metode-metode seperti yang di atas.
- Dapat belajar pembagian waktu dalam proses belajar mengajar
- Dapat belajar cara mengajar guru lain, semacam intonasi, sikap, kemampuan mengelola kelas, pendampingan pada anak yang kurang kemampuannya.
- Dapat mengetahui kekurangan saya ketika mengajar dan memperbaikinya.
- Guru Pendidikan Jasmani menyampaikan manfaat lesson study berbasis sekolah :
- Guru Pendidikan Seni Menyampaikan Manfaat Lesson Study Berbasis Sekolah :
- guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota lainnya, dan
- guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study.
- Mengurangi keterasingan guru
- Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya
- Memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan, dan urutan materi dalam kurikulum
- Membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar siswa
- menciptakan terjadinya pertukaran pengetahuan tentang pemahaman berfikir dan belajar siswa
- meningkatkan kolaborasi antar guru.
- Guru Bimbingan Konseling menyampaikan manfaat lesson study berbasis sekolah :
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, maka beberapa yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Penerapan lesson study berbasis sekolah di SMP Selopuro Kegiatan dilaksanakan oleh sekolah dengan melibatkan seluruh guru sekolah tersebut tidak membedakan mata pelajaran yang diampuh. Bila kegiatan ini dapat berlangsung secara rutin dan berkelanjutan dapat digunakan sebagai sarana komunikasi antara pimpinan sekolah dan guru terutama pada saat refleksi. Saat itulah akan muncul ide-ide untuk menyelesaikan masalah atau memperbaiki sekolah, lalu ditindak lanjuti dengan program yang khusus untuk memecahkan masalah tersebut. Setidaknya ada forum kumunikasi antar pimpinan dan guru atas masalah yang ada di sekolah, walaupun bermula dari masalah pembelajaran di kelas.
- Tumbuhnya semangat guru dalam mencari dan menerapkan berbagai metoda atau strategi pembelajaran. Hal ini dikarenakan setiap dilaksanakan implementasi Lesson Study, guru dituntut untuk memilih metoda atau strategi pembelajaran yang lain dari yang pernah dipakai dalam implementasi-implementasi sebelumnya.
- Guru mendapat banyak pencerahan, selain dari teman sejawat yang setiap pertemuan selalu hadir untuk memberikan dukungan, baik ketika melakukan Plan (perencanaan), Do (Pelaksanaan/implementasi dan see (refleksi)
- lesson study menjaga agar siswa selalu menjadi detak jantung kegiatan pengembangan profesi guru. Lesson study memberi kesempatan pada guru untuk dengan cermat meneliti proses belajar serta pemahaman siswa dengan cara mengamati dan mendiskusikan praktik pembelajaran di kelas. Kesempatan ini juga memperkuat peran gtru sebagai peneliti di dalam kelas. Guru membuat hipotesis (misalnya, jika kami mengajar dengan cara tertentu, anak-anak akan belajar) dan mengujinya di dalam kelas bersama siswanya. Kemudian guru mengumpul-kan data ketika melakukan pengamatan terhadap siswa selama berlangsungnya pelajaran dan menentukan apakah hipotesis itu terbukti atau tidak di kelas.
- Saran
- Guru tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinan atau kurang terbuka,
- Guru dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya,
- Guru mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif, dan kreatif, bahkan ide yang sulit sekalipun,
- Guru lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik seperti halnya terhadap bahan pembelajaran,
- Guru dapat menerima balikan (feedback), baik yang sifatnya positif maupun negatif, dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan perilakunya,
- Guru toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses pembelajaran, dan
- Guru menghargai prestasi peserta didik, meskipun biasanya mereka sudah tahu prestasi yang dicapainya.
Senin, 01 Oktober 2012
Minggu, 09 September 2012
PERMENDIKNAS NO 41 TAHUN 2007
PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 41 TAHUN 2007
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 41 TAHUN 2007
TENTANG
STANDAR
PROSES
UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR
DAN MENENGAH
Badan
Standar Nasional Pendidikan
Tahun 2007
Tahun 2007
KATA
PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, taufiq, dan hidayahNya,
sehingga Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) telah menyelesaikan
Standar Proses untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar ini dikembangkan oleh tim adhoc selama delapan bulan pada tahun 2006. Tim adhoc ini
dibentuk oleh BSNP, dan anggota tim ini terdiri
dari para ahli dan praktisi bidang
pendidikan. Alhamdulillah standar proses ini telah menjadi Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia
No. 41 tahun 2007, tentang Standar Proses untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pengembangan standar proses ini melalui perjalanan yang cukup panjang yaitu: temu awal, pengakajian bahan dasar, pengumpulan data lapangan, pengolahan data
lapangan, penyusunan naskah akademik,
per,.yusunan draf standar, reviu draf standar dan
naskah akademik, validasi draf standar dan
naskah akademik, lokakarya pembahasan draf standar dan naskah akademik, pembahasan draf standar
dengan Unit Utama Depdiknas, finalisasi draf standar dan naskah akademik untuk uji publik, uji publik yang melibatkan
pihak-pihak terkait dalam skala yang lebih luas, finalisasi draf standar dan
naskah akademik, dan terakhir rekomendasi draf final standar proses dan naskah akademik. BSNP juga membahas dalam
setiap perkembangan draf standar dan naskah akademik.
BSNP menyampaikan
penghargaan dan ucapan terimakasih kepada
semua anggota tim ad hoc yang telah bekerja giat dengan semangat yang tinggi serta kepada semua pihak yang telah memberi masukan pada draf standar proses
dan naskah akademiknya. Semoga buku
ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pendidikan di setiap
tingkat dan jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
Jakarta,
November 2007,
Ketua,
Prof. Djemari Mardapi, Ph.D
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................... ..............................................
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
41 TAHUN 2007 TENTANGSTANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH.................................................
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 41
TAHUN 2007 TANGGAL 23 NOVEMBER 2007 STANDAR PROSES UNTUK SATUAN
PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH.................................................
I. PENDAHULUAN…………………………………………………….............................
II. PERENCANAAN PROSES PEMBELAJARAN ....................................................
A. Silabus .............................................................................................................
B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
...........................................................
C. Prinsip-prinsip Penyusunan RPP …................................................................
III. PELAKSANAAN PROSES
PEMBELAJARAN .............................................
A. Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran
.........................................
B. Pelaksanaan Pembelajaran ............................ ............................................
IV. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN
...............................................................
V. PENGAWASAN PROSES PEMBELAJARAN
.... .............................................
A. Pemantauan.............................................................................................
B. Supervisi ............................................................... ..............................
C. Evaluasi ................................................................ ..............................
D. Pelaporan.............................................................. ..............................
E. Tindak lanjut......................................................... ..............................
GLOSARIUM ................................................................. ..............................
|
iii
v
1
5
5
7
7
8
11
12
12
14
18
18
18
19
19
20
20
21
|
SALINAN
PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 41 TAHUN 2007
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 41 TAHUN 2007
TENTANG
STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR
DAN MENENGAH
DAN MENENGAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN ASIONAL,
Menimbang : bahwa dalam
rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 24
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
Mengingat : 1. Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4496) ;
3. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, clan Tatakerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 62 Tahun 2005;
4. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Keputusan Presiden
Nomor 31/P Tahun 2007;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG STANDAR PROSES UNTUK
SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH.
Pasal 1
(1)
Standar proses untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah
mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
(2)
Standar Proses
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 23 November 2007
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
TTD.
BAMBANG
SUDIBYO
Salinan sesuai
dengan aslinya.
Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan
Nasional, Kepala Bagian Penyusunan Rancangan
Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I,
Muslikh, S.H.
NIP 131479478
SALINAN
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
NOMOR 41 TAHUN 2007
TANGGAL 23 NOVEMBER 2007
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
NOMOR 41 TAHUN 2007
TANGGAL 23 NOVEMBER 2007
STANDAR
PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
I.
PENDAHULUAN
Dalam rangka pembaharuan sistem
pendidikan nasional telah
ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang
kuat dan berwibawa untuk memberdayakan
semua warga negara Indonesia
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah.
Terkait dengan visi tersebut telah
ditetapkan serangkaian prinsip penyelenggaraan
pendidikan untuk dijadikan landasan dalam
pelaksanaan reformasi pendidikan. Salah satu prinsip tersebut adalah pendidikan
diselenggarakan sebagai proses pembudayaan
dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan,
dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran
paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke
paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien.
Mengingat kebhinekaan
budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik, serta
tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran untuk setiap mata
pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan
dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang
harus dikembangkan adalah standar proses. Standar
proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan
untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan
pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku
untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, balk pada sistem paket maupun pada sistem
kredit semester.
Standar proses
meliputi perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang
efektif dan efisien.
II. PERENCANAAN PROSES PEMBELAJARAN
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata
pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi
dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi,
tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.
A. Silabus
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar.
Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah
sekolah/ madrasah atau beberapa
sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru
(PKG), dan Dinas Pendidikan.
Pengembangan silabus disusun
di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan divas provinsi yang bertanggung jawab di bidang
pendidikan untuk SMA dan SMK, serta
departemen yang menangani urusan pemerintahan di
bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.
B. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban
menyusun RPP
secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
RPP disusun untuk setiap KD yang
dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau
lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk
setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan
pendidikan.
Komponen RPP adalah
1.
Identitas mata pelajaran
Identitas mata
pelajaran, meliputi: satuan pendidikan,kelas,
semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
2. Standar
kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan yang diharapkan
dicapai pada setiap kelas dan/atau semester
pada suatu mata pelajaran.
3. Kompetensi
dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang
harus dikuasai peserta didik•dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.
4. Indikator pencapaian kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat
diukur dan/atau diobservasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup
pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
5. Tujuan
pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta
didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6. Materi
ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
7. Alokasi
waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.
8. Metode
pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan
metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik,
serta karakteristik dari setiap indikator dan
kompetensi yang hendak dicapai pada
setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/M I.
9. Kegiatan pembelajaran
a. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu
pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik
untuk berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran.
b. Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan
pembelajaran dilakukan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. Kegiatan ini dilakukan
secara sistematis dan sistemik melalui proses.eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi.
c. Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan
refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.
10. Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian
kompetensi dan mengacu kepada Standar
Penilaian.
11. Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
C.
Prinsip-prinsip Penyusunan RPP
1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual,
minat, motivasi belajar, bakat, potensi,
kemampuan sosial, emosi, gaya
belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan
semangat belajar.
3. Mengembangkan budaya membaca dan
menulis Proses pembelajaran dirancang untuk
mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman
beragam bacaan, dan berekspresi dalam
berbagai bentuk tulisan.
4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
5. Keterkaitan
dan keterpaduan
RPP
disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan
antara SK, KD, materi pembelajaran,
kegiatan pernlielajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu
keutuhan pengalaman belajar. RPP
disusun dengan mengakomodasikan
pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek
belajar, dan keragaman budaya.
6. Menerapkan
teknologi informasi dan komunikasi
RPP
disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi
dan kondisi.
III. PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN
A. Persyaratan
Pelaksanaan Proses Pembelajaran
1.
Rombongan
belajar
Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah:
a. SD/MI : 28
peserta didik
b. SMP/MT : 32 peserta didik
c. SMA/MA
: 32 peserta did 1k
d.
SMK/MAK : 32 peserta didik
2. Beban
kerja minimal guru
a. beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, membimbing dan melatih
peserta didik, serta melaksanakan
tugas tambahan;
b. beban
kerja guru sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas adalah se kurang-kurang nya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
3. Buku teks pelajaran
a. buku teks pelajaran yang akan digunakan oleh sekolah/madrasah dipilih
melalui rapat guru dengan pertimbangan
komite sekolah/madrasah dari bukubuku
teks pelajaran yang ditetapkan oleh Menteri;
b. rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik
adalah 1 : 1 per mata
pelajaran;
c. selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku pengayaan, buku referensi dan sumber belajar lainnya;
d. guru membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain yang ada di perpustakaan sekolah/madrasah.
4. Pengelolaan kelas
a. guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, sertaaktivitas pembelajaran yang akan dilakukan;
b. volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh
peserta didik;
c. tutur
kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik;
d. guru
menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik;
e. guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan,
kenyamanan, keselamatan, dankeputusan pada peraturan dalam menyelenggarakan
proses pembelajaran;
f. guru
memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta
didik selama proses pembelajaran berlangsung;
h. guru
menghargai pendapat peserta didik;
i. guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi;
j. pada
tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran
yang diampunya; dan
k . guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran
sesuai dengan waktu
yang dijadwalkan.
B.
Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, ::ayiatan inti dan kegiatan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;
b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasanuraian kegiatan sesuai silabus.
2. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi.
a. Eksplorasi
Dalam kegiatan
eksplorasi, guru:
1) melibatkan
peserta didik mencari informasi yang
luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
2) menggunakan
beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain;
3) memfasilitasi terjadinya
interaksi antarpeserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan,
dan sumber belajar lainnya;
4) melibatkan peserta
didik secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran; dan
5) memfasilitasi
peserta didik melakukan percobaan
di laboratorium, studio, atau lapangan.
b. Elaborasi
Dalarn
kegiatan elaborasi, guru:
1) membiasakan
peserta didik membaca dan menulis
yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
2) memfasilitasi peserta didik
melalui pemberian tugas, diskusi, dan
lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
3) memberi
kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
4) memfasilitasi peserta didik dalam
pembelajaran kooperatif can kolaboratif;
5) memfasilitasi peserta didik
berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar;
6) rnenfasilitasi
peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan balk lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
7) memfasilitasi
peserta didik untuk menyajikan r iasi; kerja individual maupun kelompok;
8) memfasilitasi
peserta didik melakukan pameran,
turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;
9) memfasilitasi
peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupunhadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
3) memfasilitasi peserta didik
melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
a) berfungsi
sebagai narasumber dan fasilitator dalam
menjawab pertanyaan peserta didik yang
menghadapi kesulitan, dengan menggunakan
bahasa yang baku dan benar;
b) membantu
menyelesaikan masalah;
c) memberi
acuan agar peserta didik dapatmelakukan pengecekan
hasil eksplorasi;
d) memberi
informasi untuk bereksplorasi Iebih jauh;
e) memberikan motivasi kepada
peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi
aktif.
3. Kegiatan
Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;
b. melakukan penilaian dan/atau refleksi
terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
secara konsisten dan terprogram;
c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam
bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan
tugas balk tugas individual maupun kelompok
sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
e. menyampaikan iencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
IV. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN
Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi
peserta didik, serta digunakan sebagai hahan
penyusunan laporan kemajuan
hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.
Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek
dan/atau produk, portofoiio, dan penilaian diri. Penilaian hasil
pembelajaran menggunakan Standar Penilaian
Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran.
V. PENGAWASAN PROSES PEMBELAJARAN
A. Pemantauan
1. Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada
tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian hasil pembelajaran.
2. Pemantauan
dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi.
3. Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan.
B. Supervisi
1. Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada
tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian hasil pembelajaran.
2. Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan
cara pemberian contoh, diskusi,
pelatihan, dan konsultasi.
3. Kegiatan
supervisi dilakukan oleh kepala dan pengawas
satuan pendidikan.
C. Evaluasi
1. Evaluasi
proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
2. Evaluasi
proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara:
a. membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses,
b. mengidentifikasi
kinerja guru dalam proses pembelajaran
sesuai dengan kompetensi guru.
3. Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada
keseluruhan kinerja guru dalam proses
pembelajaran.
D. Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran dilaporkan kepada pemangku kepentingan.
E.
Tindak lanjut
1. Penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar.
2. Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru
yang belum memenuhi standar.
3. Guru diberi
kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran Iebih lanjut.
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
TTD.
BAMBANG SUDIBYO
Salinan sesuai dengan aslinya.
Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional, Kepala
Bagian Penyusunan Rancangan
Peraturan Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I,
Muslikh, S.H
NIP. 131479478
Langganan:
Postingan (Atom)