Senin, 29 Oktober 2012

Senin, 08 Oktober 2012

LESSON STUDY

Umumnya pembelajaran dilakukan dalam bentuk satu arah. Guru lebih banyak ceramah dihadapan siswa sementara aktivitas siswa lebih banyak mendengarkan. Guru beranggapan tugasnya hanya mentransfer pengetahuan yang dimiliki dengan target tersampaikannya topik-topik yang tertulis dalam dokumen kurikulum. Pada umumnya guru tidak memberi inspirasi kepada siswa untuk berkreasi dan tidak melatih siswa untuk hidup mandiri. Pelajaran yang disajikan guru kurang menantang siswa untuk berpikir. Akibatnya siswa tidak menyenangi pelajaran.
Paradigma pembelajaran di kelas dewasa ini telah mengalami pergeseran orientasi. Semula, orientasi pembelajaran itu tidak lebih sekedar penyampaian informasi kepada peserta didik. Namun sekarang, pembelajaran lebih diutamakan untuk menggali potensi peserta didik, sehingga memancar daripadanya pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilannya (psikomotor). Strategi yang digunakan pun tidak lagi sekedar pemberian materi, tetapi juga menstimulasi peserta didik agar mampu merumuskan sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya.
Adanya pergeseran paradigma itu mejadikan peran guru di kelas berubah, dari peran yang hanya penyampai informasi (transformator) kepada peran sebagai perantara (fasilitator dan mediator). Dengan kata lain, pergeseran dari “teacher centered” ke “student centered“. Adanya pergeseran paradigma tersebut, menuntut guru untuk lebih meningkatkan kompetensinya, baik sebagai seorang profesionalisme maupun sebagai seorang craftmant (tenaga ahli dan terampil).
Untuk mengatasi hal-hal tersebut guru perlu melakukan lesson study, sehingga guru dapat melakukan review terhadap kinerjanya yang selanjutnya dapat digunakan sebagai masukan untuk memperbaiki kinerjanya. Dengan melaksanakan Lesson study, wawasan guru akan berkembang dan termotivasi untuk selalu berinovasi yang selanjutnya akan menjadi guru yang profesional.
Lesson Study dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan keprofesionalan guru, yaitu dengan menguraikan delapan pengalaman yang diberikan Lesson Study kepada guru sebagai berikut. Lesson Study memungkinkan guru untuk:
  1. memikirkan dengan cermat mengenai tujuan dari pembelajaran, materi pokok, dan bidang studi,
  2. mengkaji dan mengembangkan pembelajaran terbaik yang dapat dikembangkan,
  3. memperdalam pengetahuan mengenai mengenai materi pokok yang diajarkan,
  4. memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai berkaitan dengan siswa,
  5. merancang pembelajaran secara kolaboratif,
  6. mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta tingkah laku siswa,
  7. mengembangkan pengetahuan pedagogis yang kuat/penuh daya, dan
  1. melihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata siswa dan kolega.
Lesson study mentargetkan pencapaian berbagai kualitas siswa yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar adalah kebiasaan berpikir dan bersikap (the habbits of mind and heart that are fundamental to success in school). Kebiasaan berpikir dan bersikap itu berupa ketekunan (peristence), kerjasama (cooperation), tanggung jawab (responsibility), dan kemauan untuk bekerja keras (willingness to work hard). Oleh karena itu, guru harus bekerja sama sebagai satu tim untuk menciptakan lingkungan belajar yang baik.
Lesson Study bukan metoda atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan Lesson Study dapat menerapkan berbagai metoda/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru. Lesson study dapat dilakukan oleh sejumlah guru dan pakar pembelajaran yang mencakup 3 (tiga) tahap kegiatan, yaitu perencanaan (planning), implementasi (action) pembelajaran dan observasi serta refleksi (reflection) terhadap perencanaan dan implementasi pembelajaran tersebut, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.
Lesson Study pada dasarnya adalah salah satu bentuk kegiatan pengembangan profesional guru yang bercirikan guru membuka pelajaran yang dikelolanya untuk guru sejawat lainnya sebagai observer, sehingga memungkinkan guru-guru dapat membagi pengalaman pembelajaran dengan sejawatnya. Lesson study merupakan proses pelatihan guru yang bersiklus, diawali dengan seorang guru: 1) merencanakan pelajaran melalui eksplorasi akademik terhadap materi ajar dan alat-alat pelajaran; 2) melakukan pembelajaran berdasarkan rencana dan alat-alat pelajaran yang dibuat, mengundang sejawat untuk mengobservasi; 3) melakukan refleksi terhadap pelajaran tadi melalui tukar pandangan, ulasan, dan diskusi dengan para observer. Oleh karena itu, implementasi program lesson study perlu dimonitor dan dievaluasi sehingga akan diketahui bagaimana keefektifan, keefesienan dan perolehan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Lesson study sebagai salah satu program kegiatan untuk meningkatkan kompetensi guru dan kualitas pembelajaran dapat dikembangkan di sekolah sebagai studi untuk analisis atas suatu praktik pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran berbasis riset untuk menemukan inovasi pembelajaran tertentu.
Kekurangan yang sangat menonjol yaitu dalam hal kualitas siswa yang menjadi input. Seluruh siswa yang melanjutkan ke SMP TUNAS AGRO berasal dari SDN yang ada di sekitar perkebunan yang kualitasnya kurang baik. Kemampuan akademik anak-anak pada umumnya masih sangat terbatas sehingga perlu pembinaan yang intensif dan terencana. Akibat terbatasnya informasi dan pergaulan, sebagian besar siswa tidak memiliki wawasan yang luas dan baik tentang pentingnya pendidikan. Sebagian besar siswa kurang menyadari pentingnya pendidikan bagi kehidupan mereka kelak. Akibatnya motivasi siswa untuk belajar dan berprestasi juga rendah.
Perlunya penerapan lesson study berbasis sekolah dalam mengembangkan pembelajaran guru dalam mengaktifkan siswa belajar di SMP Tunas Agro
  1. B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
  1. Bagaimanakah penerapan lesson study berbasis sekolah di SMP Selopuro ?
  2. Apa manfaat bagi guru setelah mengimplementasikan lesson study di SMP Selopuro ?
  3. C.    Tujuan 
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka beberapa tujuan sebagai berikut :
  1. Mendeskripsikan pelaksanaan lesson study berbasis sekolah di SMP Selopuro
  2. Mengetahui manfaat lesson study dalam mengembangkan pembelajaran guru mengaktifkan siswa belajar






1. Pengertian Lesson Study
Lesson Study yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar . Dengan demikian, Lesson Study bukan metoda atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan Lesson Study dapat menerapkan berbagai metoda/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru. Lesson study dapat dilakukan oleh sejumlah guru dan pakar pembelajaran yang mencakup 3 (tiga) tahap kegiatan, yaitu perencanaan (planning), implementasi (action) pembelajaran dan observasi serta refleksi (reflection) terhadap perencanaan dan implementasi pembelajaran tersebut, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.
Lesson Study pada dasarnya adalah salah satu bentuk kegiatan pengembangan profesional guru yang bercirikan guru membuka pelajaran yang dikelolanya untuk guru sejawat lainnya sebagai observer, sehingga memungkinkan guru-guru dapat membagi pengalaman pembelajaran dengan sejawatnya. Lesson study merupakan proses pelatihan guru yang bersiklus, diawali dengan seorang guru: 1) merencanakan pelajaran melalui eksplorasi akademik terhadap materi ajar dan alat-alat pelajaran; 2) melakukan pembelajaran berdasarkan rencana dan alat-alat pelajaran yang dibuat, mengundang sejawat untuk mengobservasi; 3) melakukan refleksi terhadap pelajaran tadi melalui tukar pandangan, ulasan, dan diskusi dengan para observer. Oleh karena itu, implementasi program lesson study perlu dimonitor dan dievaluasi sehingga akan diketahui bagaimana keefektifan, keefesienan dan perolehan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Lesson study sebagai salah satu program kegiatan untuk meningkatkan
kompetensi guru dan kualitas pembelajaran dapat dikembangkan di sekolah sebagai studi untuk analisis atas suatu praktik pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran berbasis riset untuk menemukan inovasi pembelajaran tertentu.

2. Pelaksanaan Lesson Study Berbasis Sekolah
Robinson (2006) mengusulkan ada delapan tahap berdasarkan pada banyaknya kegiatan yang diperlukan dalam pelaksanaan lesson study, yakni:
Tahap 1: Pemilihan topik lesson study
Tahap 2: Melakukan reviu silabus untuk mendapatkan kejelasan tujuan pembelajaran untuk topik tersebut dan mencari ide-ide dari materi yang ada dalam buku pelajaran. Selajutnya bekerja dalam kelompok untuk menyusun rencana pembelajaran.
Tahap 3: Setiap tim yang telah menyusun rencana pembelajaran menyajikan atau mempresentasikan rencana pembelajarannya, sementara kelompok lain memberi masukan, sampai akhirnya diperoleh rencana pembelajaran yang lebih baik.
Tahap 4: Guru yang ditunjuk oleh kelompok menggunakan masukan-masukan tersebut untuk memperbaiki rencana pembelajaran.
Tahap 5: Guru yang ditunjuk tersebut mempresentasikan rencana pembelajarannya di depan semua anggota kelompok lesson study untuk mendapatkan balikan.
Tahap 6: Guru yang ditunjuk tersebut memperbaiki kembali secara lebih detail rencana pembelajaran dan mengirimkan pada semua guru anggota kelompok, agar mereka tahu bagaimana pembelajaran akan dilaksanakan di kelas.
Tahap 7: Para guru dapat mempelajari kembali tentang rencana pembelajaran tersebut dan mempertimbangkannya dari berbagai aspek pengalaman pembelajaran yang mereka miliki, khususnya difokuskan pada hal-hal yang penting seperti : hal-hal yang akan dilakukan guru, pemahaman siswa, proses pemecahan oleh murid, dan kemungkinan yang akan terjadi dalam implementasi pembelajarannya.
Tahap 8: Guru yang ditunjuk tersebut melaksanakan rencana pembelajaran di kelas, sementara guru yang lain bersama dosen/pakar mengamati sesuai dengan tugas masing-masing untuk memberi masukan pada guru. Pertemuan refleksi segera dilakukan secepatnya kegiatan pelaksanaan pembelajaran, untuk memperoleh masukan dari guru observer, dan akhirnya komentar dari dosen atau pakar luar tentang keseluruhan proses serta saran sebagai peningkatan pembelajaran, jika mereka mengulang di kelas masing-masing atau untuk topik yang berbeda.
Dari delapan tahapan di atas tampak adanya upaya penyusunan dan perbaikan rencana pembelajaran yang berulang-ulang untuk memperoleh rencana pembelajaran yang terbaik.
Dalam implementasi lesson study yang dilakukan oleh IMSTEP-JICA di Indonesia, Saito, dkk (2005) mengenalkan lesson study yang berorientasi pada
praktik. Lesson study yang dilaksanakan tersebut terdiri atas 3 tahap pokok, yakni:
1. Merencanakan pembelajaran dengan penggalian akademis pada topik dan alat-alat pembelajaran yang digunakan, yang selanjutnya disebut tahap Plan.
2. Melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada rencana pembelajaran dan alat-alat yang disediakan, serta mengundang rekan-rekan sejawat untuk mengamati. Kegiatan ini disebut tahap Do.
3. Melaksanakan refleksi melalui berbagai pendapat/tanggapan dan diskusi bersama pengamat/observer. Kegiatan ini disebut tahap See.
 
a) Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah yang ada di kelas yang akan   digunakan untuk kegiatan lesson study dan perencanaan alternatif pemecahannya. Identifikasi masalah dalam rangka perencanaan pemecahan masalah tersebut berkaitan dengan pokok bahasan (materi pelajaran) yang relevan dengan kelas dan jadwal pelajaran, karakteristik siswa dan suasana kelas, metode/pendekatan pembelajaran, media, alat peraga, dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Dari hasil identifikasi tersebut didiskusikan (dalam kelompok lesson study)
tentang pemilihan materi pembelajaran, pemilihan metode dan media yang sesuai dengan karakteristik siswa, serta jenis evaluasi yang akan digunakan. Pada saat diskusi, akan muncul pendapat dan sumbang saran dari para guru dan pakar dalam kelompok tersebut untuk menetapkan pilihan yang akan diterapkan. Pada tahap ini, pakar dapat mengemukakan hal-hal penting/baru yang perlu diketahui dan diterapkan oleh para guru, seperti pendekatan pembelajaran konstruktif, pendekatan pembelajaran yang memandirikan belajar siswa, pembelajaran kontekstual, pengembangan life skill, Realistic Mathematics Education, pemutakhiran materi ajar, atau lainnya yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pemilihan tersebut.
Hal yang penting pula untuk didiskusikan adalah penyusunan lembar observasi, terutama penentuan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu proses pembelajaran dan indikator-indikatornya, terutama dilihat dari segi tingkah laku siswa. Aspek-aspek proses pembelajaran dan indikator-indikator itu disusun berdasarkan perangkat pembelajaran yang dibuat serta kompetensi dasar yang ditetapkan untuk dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Dari hasil identifikasi masalah dan diskusi perencanaan pemecahannya, selanjutnya disusun dan dikemas dalam suatu perangkat pembelajaran yang terdiri atas :
i. Rencana Pembelajaran (RP)
ii. Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran (Teaching Guide)
iii. Lembar Kerja Siswa (LKS)
iv. Media atau alat peraga pembelajaran
v. Instrumen penilaian proses dan hasil pembelajaran.
vi. Lembar observasi pembelajaran.

Penyusunan perangkat pembelajaran ini dapat dilakukan oleh seorang guru atau beberapa orang guru atas dasar kesepakatan tentang aspek-aspek pembelajaran yang direncanakan sebagai hasil dari diskusi. Hasil penyusunan perangkat pembelajaran tersebut perlu dikonsultasikan dengan dosen atau guru yang dipandang pakar dalam kelompoknya untuk disempurnakan.
Perencanaan itu dapat juga diatur sebaliknya, yaitu seorang atau beberapa orang guru yang ditunjuk dalam kelompok mengidentifikasi permasalahan dan membuat perencanaan pemecahannya yang berupa perangkat-perangkat pembelajaran untuk suatu pokok bahasan dalam suatu mata pelajaran yang telah ditetapkan dalam kelompok. Selanjutnya, hasil identifikasi masalah dan perangkat pembelajaran tersebut didiskusikan untuk disempurnakan.

b) Implementasi dan Observasi
Pada tahap ini seorang guru yang telah ditunjuk (disepakati) oleh kelompoknya, melakukan implementasi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun tersebut, di kelas. Pakar dan guru lain melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan dan perangkat lain yang diperlukan. Para observer ini mencatat hal-hal positif dan negatif dalam proses pembelajaran, terutama dilihat dari segi tingkah laku siswa. Selain itu (jika memungkinkan), dilakukan rekaman video (audio visual) yang mengclose-up kejadian-kejadian khusus (pada guru atau siswa) selama pelaksanaan pembelajaran. Hasil rekaman ini berguna nantinya sebagai bukti autentik kejadian-kejadian yang perlu didiskusikan dalam tahap refleksi atau pada seminar hasil lesson study, di samping itu dapat digunakan sebagai bahan diseminasi kepada khalayak yang lebih luas.

c. Refleksi
Selesai praktik pembelajaran, segera dilakukan refleksi. Pada tahap refleksi ini, guru yang tampil dan para observer serta pakar mengadakan diskusi tentang pembelajaran yang baru saja dilakukan. Diskusi ini dipimpin oleh Kepala Sekolah, Koordinator kelompok, atau guru yang ditunjuk oleh kelompok. Pertama guru yang melakukan implementasi rencana pembelajaran diberi kesempatan untuk menyatakan kesan-kesannya selama melaksanakan pembelajaran, baik terhadap dirinya maupun terhadap siswa yang dihadapi.
Selanjutnya observer (guru lain dan pakar) menyampaikan hasil analisis data observasinya, terutama yang menyangkut kegiatan siswa selama berlangsung pembelajaran yang disertai dengan pemutaran video hasil rekaman pembelajaran. Selanjutnya, guru yang melakukan implementasi tersebut akan memberikan tanggapan balik atas komentar para observer. Hal yang penting pula dalam tahap refleksi ini adalah mempertimbangkan kembali rencana pembelajaran yang telah disusun sebagai dasar untuk perbaikan rencana pembelajaran berikutnya. Apakah rencana pembelajaran tersebut telah sesuai dan dapat meningkatkan performance keaktifan belajar siswa. Jika belum ada kesesuaian, hal-hal apa saja yang belum sesuai, metode pembelajarannya, materi dalam LKS, media atau alat peraga, atau lainnya. Pertimbangan-pertimbangan ini digunakan untuk perbaikan rencana pembelajaran selanjutnya.
Beberapa penerapan lesson sttdy berbasis sekolah di SMP Tunas Agro adalah sebagai berikut :
  1. Kegiatan Lesson Study Mata Pelajaran IPA – Fisika
Nama Pengajar                 :  Sukadi,S.Pd.
Kelas Ajar                        :  IX – B
Materi Ajar                       :  Magnet
Kegiatan Lesson Study mata pelajaran IPA – Fisika yang pelaksanaannya memberikan pengalaman yang sangat berharga.
bahwa untuk membuat sebuah pembelajaran yang dikatakan berhasil diperlukan perencanaan yang sangat matang.
Untuk itulah, rencana pembelajaran yang akan dibuat harus dapat memprediksi dan membuat alternatif solusi untuk semua kejadian yang mungkin akan terjadi selama kegiatan pembelajaran. Hal ini penting untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang dapat menghambat pembelajaran yang akan diperoleh siswa.
Beberapa hal yang dapat menghambat dan alternatif solusi yang disarankan, diantaranya :
a)         Ketidaksesuaian antara alokasi waktu dalam perencanaan dengan pelaksanaan kegiatan, biasanya hal ini terjadi dikarenakan oleh adanya beberapa kegiatan yang muncul selama kegiatan pembelajaran.
Solusi : Mengarahkan setiap kegiatan yang tidak terprediksi ke kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan agar alokasi waktu tetap sesuai dengan perencanaan.
b)        Bimbingan langsung untuk siswa yang belum paham diberikan dalam batasan waktu tertentu sehingga semua siswa yang belum paham dapat terakomodasi.
Solusi : Membagi siswa dalam kelompok - kelompok kecil dengan kriteria tertentu semisal tingkat penerimaan materi ajarnya, atau pun berdasarkan keaktifan dalam kegiatan pembelajaran.
  1. Kegiatan Lesson Study Mata Pelajaran IPA – Biologi
Nama Pengajar                 :  Siti Maemunah, S.Pd.
Kelas Ajar                        :  VII – A
Materi Ajar                       :  Sistem Ekskresi
Kegiatan Lesson Study IPA – Biologi, memberikan banyak masukan yang sangat berarti.
Dari kegiatan ini mendapatkan hal – hal sebagai berikut :
  1. Kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan sangat baik jika dalam kegiatan pembelajaran disisipi dengan candaan, sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung lebih menarik.
  2. Evaluasi pembelajaran dapat dibuat semenarik mungkin, dari kegiatan ini penulis mendapatkan bahwa evaluasi yang digunakan oleh guru mata pelajaran diberikan dengan sebuah permainan sehingga siswa lebih nyaman dan lebih tertarik lagi untuk belajar.
  3. Kegiatan pembelajaran akan berjalan lebih baik jika terdapat komunikasi dua arah sehingga ada proses timbal balik baik dari siswa ataupun dari pengajarnya. Kegiatan pembelajaran yang menggunakan komunikasi satu arah akan cenderung membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih monoton, dan membosankan.

  1. Kegiatan Lesson Study Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Nama Pengajar                 :  Slamet Daroini, S.Pd.I.
Kelas Ajar                        :  VII – B
Materi Ajar                       :  Shalat Jamak, Shalat Qasar dan Shalat Jamak – Qasar.
Kegiatan Lesson Study Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, bahwa sebuah kegiatan pembelajaran yang nyaman adalah sebuah kegiatan pembelajaran yang penuh dengan kehangatan seorang guru. Penulis mendapatkan bahwa belajar bukanlah dengan paksaan akan tetapi dengan kasih sayang, sehingga siswa merasa bahwa belajar bukanlah sebuah paksaan akan tetapi sebuah kesenangan.
Kegiatan pembelajaran yang penuh dengan paksaan hanya akan membuat siswa tertekan dan pada akhirnya tujuan akhir dari sebuah kegiatan pembelajaran yang diharapkan tidak dapat tercapai secara utuh.




2. Manfaat Lesson Study Berbasis Sekolah
Lesson study dipilih dan dimplementasikan karena beberapa alasan. Pertama, lesson study merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas belajar siswa. Hal ini karena (1) pengembangan lesson study dilakukan dan didasarkan pada hasil “sharing” pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktik dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru, (2) penekanan mendasar pada pelaksanaan suatu lesson study adalah agar para siswa memiliki kualitas belajar, (3) kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa, dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam pembelajaran di kelas, (4) berdasarkan pengalaman real di kelas, lesson study mampu menjadi landasan bagi pengembangan pembelajaran, dan (5) lesson study akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti pembelajaran (Lewis, 2002).
Kedua, lesson study yang didisain dengan baik akan menjadikan guru yang profesional dan inovatif. Dengan melaksanakan lesson study para guru dapat (1) menentukan kompetensi yang perlu dimiliki siswa, merencanakan dan melaksanakan pembelajaran (lesson) yang efektif; (2) mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang bermanfaat bagi siswa; (3) memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang disajikan para guru; (4) menentukan standar kompetensi yang akan dicapai para siswa; (5) merencanakan pelajaran secara kolaboratif; (6) mengkaji secara teliti belajar dan perilaku siswa; (7) mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat diandalkan; dan (8) melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya berdasarkan pandangan siswa dan koleganya (Lewis, 2002).
Wang-Iverson dan Yoshida (2005) mengatakan bahwa lesson study memiliki beberapa manfaat sebagai berikut.
1). Mengurangi keterasingan guru (dari komunitasnya)
2). Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya
3). Memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan dan urutan materi dalam kurikulum.
4). Membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar siswa.
5). Menciptakan terjadinya pertukaran pengetahuan tentang pemahaman berpikir dan belajar siswa
6). Meningkatkan kolaborasi pada sesama guru.

            Beberapa manfaat yang di dapat setelah guru mengimplementasikan lesson study di SMP Tunas Agro adalah sebagai berikut :
  1. Guru Bahasa Indonesia yang menyampaikan manfaat lesson study berbasis sekolah :
Ada beberapa hal yang saya pribadi rasakan mengenai kegiatan ini, diantaranya yaitu;
-          Kolektivitas.
Jika biasanya program perbaikan diupayakan oleh tiap individu, maka kegiatan Lesson Study justru mensyaratkan kebersamaan. Kesuksesan peserta didik dan proses belajar mengajar di kelas menjadi tanggung jawab bersama. Siklus ”plan see do pada kegiatan Lesson Study merupakan hasil musyawarah terbuka para guru.
-          Terpusat pada peserta didik dan proses belajar mengajar.
Kegiatan Lesson Study tidak menyasar hal kompleks seperti quo vadis sekolah, namun kegiatan ini tak kalah penting fungsinya. Peserta didik dan proses belajar mengajar yang merupakan “hati” dari sebuah sekolah benar-benar diperhatikan. Pertanyaan-pertanyaan seperti; Kapan siswa antusias? Kapan siswa mengantuk? Bagian pelajaran mana yang menginspirasi? Tugas seperti apakah yang mudah namun kaya makna? Dan apakah kerja perseorangan atau kelompok? Dapat terjawab dalam kegiatan ini.
Guru-guru yang berperan sebagai observer memiliki kesempatan untuk mempelajari banyak hal dari guru yang melaksanakan proses belajar mengajar. Secara unik, kegiatan ini mewajibkan setiap observer untuk menuliskan tiga nilai positif dari guru ketika mengajar.
-          Belajar dari rekan sejawat.
Belajar dari rekan sejawat Saya anggap lebih mudah tinimbang belajar pada pakar pendidikan yang membagikan ilmunya pada kegiatan pelatihan atau seminar. Belajar dari rekan sejawat, tantangan kesenjangan dari segi ilmu, pengalaman, budaya, dan usia lebih mudah disikapi. Kegiatan Lesson Study pun pada akhirnya memupuk para guru melakukan kerja keras berupa refleksi, inovasi, dan konsistensi pelaksanaan pembelajaran yang efektif. Rasanya malu bila tidak menyajikan yang terbaik pada siswa dan observer. 
-          Berbasis sekolah atau mata pelajaran.
Intensitas program KKG atau MGMP tak mungkin dilaksanakan secara rutin di wilayah Kabupaten Seruyan. Sebab utama adalah jarak dan waktu. Sebagai contoh, ada guru yang menempuh jarak rekira 400 km via darat dan air untuk menghadiri forum KKG atau MGMP di Kuala Pembuang (Ibu kota kabupaten). Lesson Study yang berbasis pada sekolah atau mata pelajaran membuat kegiatan ini mudah dan murah dari segi pelaksanaan.

  1. Guru Pendidikan Agama Islam menyampaikan manfaat lesson study berbasis sekolah :
-          Pengoptimalan pembelajaran pada peserta didik.
Dengan adanya Lesson study dapat terlihat bahwa guru dalam proses pembelajarannya lebih banyak mengoptimalkan peserta didik. Peserta didik dipacu untuk selalu aktif dalam proses pembelajaran dikelas, baik dalam interaksi dalam kelompoknya maupun teman di kelas.
-          Banyak metode dan model pembelajaran yang diambil
Dengan dilaksanakan Lesson study di SMP tunas agro, maka guru dituntut untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang berkembang pada saat ini, sehingga guru yang lain dapat mengadopsi model-model pembelajaran yang telah digunakan oleh guru yang bersangkutan untuk digunakan dalam proses pembelajaran di kelas.
-          Peerteaching
Pada dasarnya setiap guru mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dalam menyampaikan materi pembelajaran di kelas.ada yang menyenangkan ada pula yang kurang menyenagkan. Hal ini terlihat dari peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Dengan adanya lesson study maka guru dapat mengambil cara yang digunakan oleh guru lain dalam mengajar agar pembelajaran di kelas lebih menyenangkan.
-          Pemanfaatn secara maksimal media pembelajaran.
Dengan adanya lesson study maka guru dituntut untuk membuat media pembelajaran yang dapat digunakan dalam penyampaian materi kepada peserta didik di kelas. Diharapkan dengan adanya media pembelajaran yang dibuat oleh guru, peserta didik dapat mengikuti pembelajaran di kelas dengan menyenangkan. Disisi lain dengan adanya pembuatan media pemeblajaran ini juga memudahkan pendidik (guru) dalam menyampaikan materi di kelas tanpa harus sering membuka buku teks pelajaran.
  1. Guru Matematika menyampaikan manfaat lesson study berbasis sekolah :
-          Dapat belajar dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) guru lain dan melakukan perbaikan dari RPP yang telah kita buat sehingga dapat dikembangkan lebih variatif tentang metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran di kelas serta tentang pembuatan tabel penilaian siswa
Metode pembelajaran baru, seperti snowball yang telah diterapkan bidang studi biologi dan agama,  yang telah diterapkan oleh bidang studi agama,  yang telah diterapkan bidang studi bahasa inggris, dll. Dengan ini metode tersebut saya dapat belajar dari metode–metode baru sehingga pembelajaran matematika lebih berwarna, sehingga siswa cenderung aktif  dan pembelajaran di kelas lebih menyenangkan.
-          Dapat belajar pembagian waktu dalam proses belajar mengajar, yang tetap harus disesuaikan dengan pembelajaran matematika yang cenderung lebih banyak latihan daripada teorinya.
-          Dapat belajar cara mengajar guru lain, diantaranya pengelolaan kelas dan upaya guru untuk selalu membuat siswa aktif dan mampu menyerap materi.


  1. Guru Bahasa Inggris menyampaikan manfaat lesson study berbasis sekolah :
            Menurut saya pribadi, dengan adanya program ini, membuat saya menjadi pengajar yang lebih percaya diri. Sebelum adanya program ini, saya tidak mengetahui kekurangan yang ada pada pembelajaran saya. Saya cenderung mengajar secara aktif. Tidak mengikutsertakan anak didik untuk ikut aktif. Pembelajaran itu cenderung satu arah. Di sini guru yang berperan banyak. Anak didik hanya terpaku pada penjelasan tentang teori. Praktek hanya sedikit saja yang seharusnya porsi tersebut harus di tambah sehingga mengarahkan anak didik menjadi lebih aktif. Mereka akan mencari sendiri penyelesaian dari tugas yang diberikan oleh guru dan akan mempunyai waktu lebih banyak seandainya penjelasan tentang teori dikurangi porsinya. Dari Lesson Study itulah saya jadi mengetahui kekurangan saya. Di sini guru harus membiarkan anak didik untuk ikut aktif. Praktek ini akan saya pergunakan pada pembelajaran-pembelajaran berikutnya yang mengikutsertakan anak didik untuk aktif.Hal lain yang menghambat kinerja saya sebagai pengajar yang handal yakni sulitnya saya menerima kritikan.   Ini semakin membuat saya tidak berkembang karena saya tidak pernah ingin mengetahui kekurangan saya. Lesson study membuat saya sadar dan kemudian berusaha terus mencari kekurangan saya dan berusaha tidak melakukan kesalahan dari kekurangan tersebut pada pembelajaran-pembelajaran berikutnya. Saya juga mengalami demam panggung sebelum saya mengenal Lesson Study. Berbicara di depan umum, selain di depan anak didik, misalnya di depan rekan-rekan guru sendiri, saya tidak bisa leluasa berbicara secara lancar karena takut salah. Tetapi setelah saya mengalami sendiri program ini, saya menjadi pribadi yang lebih percaya diri khususnya dan menjadi pengajar yang tidak mudah tegang dan bisa mengeluarkan pendapat dan ide di depan rekan guru pada umumnya. Pengalaman ini teramat panjang jika saya tuliskan pada kertas ini. Saya bisa mengetahui kekurangan-kekurangan itu dengan adanya Lesson Study ini. Pada akhirnya kekurangan-kekurangan itu akan terus diperbaiki. Program ini telah banyak membuat perubahan pada diri saya pribadi dan pembelajaran saya kepada anak didik. Tidak lupa saya harus ucapkan terima kasih saya kepada rekan-rekan guru. Mereka mempunyai andil besar membangun rasa percaya diri saya. Terus terang saya mempunyai masalah dengan rasa kepercayaan diri saya. Rekan-rekan guru menjadi observer di Lesson Study Bahasa Inggris. Saya bisa menerima masukan mereka dari Lesson Study yang saya lakukan. Masukan positive maupun negative sangat membantu supaya pengajar menjadi lebih baik. Pada kenyataan saya banyak mengambil sisi positive dari masukan negative mereka. Sebaliknya saya juga bisa bersyukur dan terus memperbarui kinerja saya dari masukan positive mereka. Saya banyak belajar dengan saya menjadi observer pada Lesson Study rekan-rekan guru secara berurutan. Banyak hal positive dari mereka yang saya adopsi untuk pembelajaran saya. Sebaliknya, hal negative yang saya dapatkan dari mereka membuat saya tidak melakukan pengalaman yang sama. Pada akhirnya, Lesson Study menjadikan saya sebagai pengajar yang handal
  1. Guru IPS Menyampaikan Manfaat Lesson Study berbasis sekolah :
-          Dapat mempelajari rencana pelaksanaan pembelajaran dari guru lain sehingga RPP kita dapat dikembangkan lebih variatif dan menutupi kekurangan RPP yang kita buat seperti pada tujuan pembelajaran, materi, dan pada proses penilaian terhadap anak
-          Dapat belajar metode-metode pembelajaran baru, seperti snowball, team work, team ahli, direct instruction, dll. Dengan ini metode yang saya pakai dapat mengadopsi metode–metode baru sehingga pembelajaran IPS tidak membosankan, dan anak-anak cenderung aktif dengan metode-metode seperti yang di atas.
-          Dapat belajar pembagian waktu dalam proses belajar mengajar
-          Dapat belajar cara mengajar guru lain, semacam intonasi, sikap, kemampuan mengelola kelas, pendampingan pada anak yang kurang kemampuannya.
-          Dapat mengetahui kekurangan saya ketika mengajar dan memperbaikinya.
  1. Guru Pendidikan Jasmani menyampaikan manfaat lesson study berbasis sekolah :
Sebuah hal yang baru bagi saya tentang sebuah proses belajar bagi seorang guru, banyak hal  baik yang saya bisa ambil dari kegiatan ini, bukan hanya sebagai ajang melihat proses pembelajaran, tapi juga tempat saya bercermin dan melihat kembali cara menyampaikan pembelajaran yang menyenangkan dan mudah di fahami oleh siswa siswi dalam upaya untuk mencari metode dan teknik-teknik baru dalam menyampaikan materi pelajaran, guna tercapainya tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan menghasilkan anak bangsa yang bermutu tinggi. Selain itu, dalam lesson study ini saya di tuntut untuk lebih memperhatikan langkah-langkah dalam proses mengajar, mulai dari membuat RPP, mempresentasikan RPP pada teman-teman guru dan mengharapkan kritik dan saran, sampai pada saat menyampaikan pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajaran bagi guru dan siswa-siswi, semua itu menjadi satu paket yang wajib di persiapkan sebelum kita melakukan kegiat mengajar, sehingga akan lebih memudahkan kita dalam mengajar dan memfokuskan materi yang akan di bahas. Tapi menurut saya yang paling berkesan dari kegiatan ini adalah kita bisa belajar dan menemukan hal-hal baru tentang bagaimana cara  mengambil perhatian anak-anak untuk tetap fokus pada pelajaran, saya bisa meniru teman-teman yang lebih berpengalaman dalam mengajar, dan tahap selanjutnya yang tidak kalah penting yang bisa meperkaya pengetahuan dan ilmu adalah saat evaluasi hasil pengamatan oleh teman-teman guru lain yang mengamati saya dan siswa-siswi yang belajar, nah pada saat inilah masukan, kritik dan pujian terhadap cara mengajar kita benar-benar di permasalahkan, hal-hal yang semula mungkin saya anggap biasa menjadi luar biasa menurut cara pandang para pengamat dalam hal ini adalah teman-teman guru, sedangkan hal-hal atau teknik mengajar yang kita anggap luar biasa menjadi hal yang biasa saja, hal ini mungkin wajar terjadi karena yang mengamati saya yang seorang guru olahraga, di amati dan di kritik oleh guru-guru yang latar belakangnya berbeda, dan sudah pasti begitu juga sebaliknya, Kalau di atas saya menulis tantang kelebihan dan manfaat lesson study, di paragarf ini saya ingin menulis kesan yang lain menurut saya,  mungkin yang pertama dan biasanya itu yang paling penting adalah saat saya dan teman-teman guru yang berjumlah 12 (dua belas) orang masuk kedalam ruang kelas dan berdiri di hadapan mereka, dengan wajah serius tanpa kata memegang kertas dan bolpoin dan sesekali menatap tajam segala gerak-gerik yang nakal dan segera mencatatnya layaknya mandor buah sawit yang meulis hasil panen para pendodos (pemetik buah kelapa sawit) kesan pertama yang saya tangkap dari suasana itu adalah ‘’palsu’’,  kenapa saya bilang demikian, karena  semua terasa menjadi serba dibuat-buat, senyum manis yang dibuat-buat, gerak-gerik yang dibuat-buat, siswa tenang dan memperhatikan yang dibuat-buat. mungkin dugaan saya salah saat itu, tapi saya yakin kalu suasana jelas berbeda jika cuma ada seorang guru dan 13 (tiga belas) guru sekaligus ada di satu ruang kelas, guru yang di amati pada saat itu pun terasa jauh lebih berwibawa dan sangat manis, yang sudah berwibawa akan semakin jumawa, dan yang sudah manis akan semakin narsis. Menurut saya masalahnya terletak pada bagaimana cara mehilangkan tekanan yang di timbulkan oleh kehadiran guru-guru lain yang mengamati kerja kita, secara naluri kita akan menampilakan yang terbaik yang saya punya, baik yang akan dilakukan siswa-siswi maupun guru yang di amati. Pengunaan camera dari minimal dua sisi depan dan belakang mungkin akan sedikit mengurangi tekanan itu, dan kita tetap bisa mengamati suasana belajar mengajar secara utuh dari ruangan dari televisi atau infokus dengan lebih tenang dan tidak banyak menggangu, selain itu mungkin biarlah kaki tripot kamera itu yang pegal-pegal karna berdiri tegak dua jam pelajaran. Demikian kesan selama mengikuti kegiatan lesson study  di sekolah SMP Tunas Agro, secara garis besar banyak sekali manfaat yang saya dapatkan, menjadi penulis scenario, sutradara, sekaligus pemeran utama dalam sebua pertujukan kelas yang berdurasi 80 menit, saya yakin tidak semua pertujukan saya di dalam kelas maupun di luar kelas berjalan dengan baik, tapi yang jelas saya banyak terbantu dengan adanya kegiatan ini.
  1. Guru Pendidikan Seni Menyampaikan Manfaat Lesson Study Berbasis Sekolah :
-         guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya,
-         guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota lainnya, dan
-         guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study.
-         Mengurangi keterasingan guru
-         Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya
-         Memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan, dan urutan materi dalam kurikulum
-         Membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar siswa
-         menciptakan terjadinya pertukaran pengetahuan tentang pemahaman berfikir dan belajar siswa
-          meningkatkan kolaborasi antar guru.

  1. Guru Bimbingan Konseling menyampaikan manfaat lesson study berbasis sekolah :
Melalui kegiatan lesson study saya dapat mempelajari banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, bagaimana membuat pembelajaran yang atraktif rileks tapi bermakna , saya menemukan banyak pendekatan yang dapat diterapkan untuk membantu siswa ‘ Khusus’ di dalam setiap kelas.  Dengan menyaksikan cara mengajar rekan yang lain dengan bidang studi yang diampunya memotivasi saya untuk melakukan dan memberikan pengajaran yang lebih baik dan terencana dalam setiap pengajaran yang saya lakukan. Kegiatan lesson study yang dilakukan dengan memperhatikan tiga kelebihan  dan memberi saran untuk satu kelemahan yang dilakukan oleh si penyaji , membuat saya belajar bagaimana pentingnya seorang guru memiliki kematangan emosi, dan kemampuan  mengelola emosi-emosi saat pembelajaran berlangsung. Saya menemukan keberhasilan peserta didik dalam proses belajarnya dipengaruhi oleh hubungan interpersonal dan intrapersonal antara peserta didik dan si pendidik. Kesabaran, ketekuanan, perhatian dan kasih sayang yang tulus yang ditunjukakan oleh gurunya dalam membimbing siswanya, merupakan faktor yang sangat signifikan yang dapat menimbulkan motivasi dan minat yang sangat besar dari peserta didik dalam mempelajari setiap bidang studi yang diajarkan. Saya belajar bahwa kemampuan-kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan bagi setiap siswa dengan mempertimbangkan kepribadian siswa yang unik membuat proses pembelajar lebih bermakna.

 A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, maka beberapa yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
  1. Penerapan lesson study berbasis sekolah di SMP Selopuro Kegiatan dilaksanakan oleh sekolah dengan melibatkan seluruh guru sekolah tersebut tidak membedakan mata pelajaran yang diampuh. Bila kegiatan ini dapat berlangsung secara rutin dan berkelanjutan dapat digunakan sebagai sarana komunikasi antara pimpinan sekolah dan guru terutama pada saat refleksi. Saat itulah akan muncul ide-ide untuk menyelesaikan masalah atau memperbaiki sekolah, lalu ditindak lanjuti dengan program yang khusus untuk memecahkan masalah tersebut. Setidaknya ada forum kumunikasi antar pimpinan dan guru atas masalah yang ada di sekolah, walaupun bermula dari masalah pembelajaran di kelas.
  2. Tumbuhnya semangat guru dalam mencari dan menerapkan berbagai metoda atau strategi pembelajaran. Hal ini dikarenakan setiap dilaksanakan implementasi Lesson Study, guru dituntut untuk memilih metoda atau strategi pembelajaran yang lain dari yang pernah dipakai dalam implementasi-implementasi sebelumnya.
  3. Guru mendapat banyak pencerahan, selain dari teman sejawat  yang setiap pertemuan selalu hadir untuk memberikan dukungan, baik ketika melakukan Plan (perencanaan), Do (Pelaksanaan/implementasi dan see (refleksi)
  4. lesson study menjaga agar siswa selalu menjadi detak jantung kegiatan pengembangan profesi guru. Lesson study memberi kesempatan pada guru untuk dengan cermat meneliti proses belajar serta pemahaman siswa dengan cara mengamati dan mendiskusikan praktik pembelajaran di kelas. Kesempatan ini juga memperkuat peran gtru sebagai peneliti di dalam kelas. Guru membuat hipotesis (misalnya, jika kami mengajar dengan cara tertentu, anak-anak akan belajar) dan mengujinya di dalam kelas bersama siswanya. Kemudian guru mengumpul-kan data ketika melakukan pengamatan terhadap siswa selama berlangsungnya pelajaran dan menentukan apakah hipotesis itu terbukti atau tidak di kelas.
  1. Saran
    1. Guru tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinan atau kurang terbuka,
    2. Guru dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya,
    3. Guru mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif, dan kreatif, bahkan ide yang sulit sekalipun,
    4. Guru lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan   dengan peserta didik seperti halnya terhadap bahan pembelajaran,
    5. Guru dapat menerima balikan (feedback), baik yang sifatnya positif maupun negatif, dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan perilakunya,
    6. Guru toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses pembelajaran, dan
    7. Guru menghargai prestasi peserta didik, meskipun biasanya mereka sudah tahu prestasi yang dicapainya.

Senin, 01 Oktober 2012

Minggu, 09 September 2012

PERMENDIKNAS NO 41 TAHUN 2007


PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 41 TAHUN 2007
TENTANG
STANDAR PROSES
UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
Badan Standar Nasional Pendidikan
Tahun 2007

KATA PENGANTAR


Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, taufiq, dan hidayahNya, sehingga Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah menyelesai­kan Standar Proses untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar ini dikembangkan oleh tim adhoc selama delapan bulan pada tahun 2006. Tim adhoc ini dibentuk oleh BSNP, dan anggota tim ini terdiri dari para ahli dan praktisi bidang pendidikan. Alhamdulillah standar proses ini telah menjadi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 41 tahun 2007, tentang Standar Proses untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pengembangan standar proses ini melalui perjalanan yang cukup panjang yaitu: temu awal, pengakajian bahan da­sar, pengumpulan data lapangan, pengolahan data lapangan, penyusunan naskah akademik, per,.yusunan draf standar, re­viu draf standar dan naskah akademik, validasi draf standar dan naskah akademik, lokakarya pembahasan draf standar dan naskah akademik, pembahasan draf standar dengan Unit Utama Depdiknas, finalisasi draf standar dan naskah akademik untuk uji publik, uji publik yang melibatkan pihak-pihak terkait dalam skala yang lebih luas, finalisasi draf standar dan naskah akademik, dan terakhir rekomendasi draf final standar proses dan naskah akademik. BSNP juga membahas dalam setiap perkembangan draf standar dan naskah akademik.
BSNP menyampaikan penghargaan dan ucapan terima­kasih kepada semua anggota tim ad hoc yang telah bekerja giat dengan semangat yang tinggi serta kepada semua pihak yang telah memberi masukan pada draf standar proses dan naskah akademiknya. Semoga buku ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pendidikan di setiap ting­kat dan jenjang pendidikan dasar dan menengah.




Jakarta, November 2007,
Ketua,



Prof. Djemari Mardapi, Ph.D

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................... ..............................................
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANGSTANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH.................................................
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 41
TAHUN 2007 TANGGAL 23 NOVEMBER 2007 STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH.................................................
I. PENDAHULUAN…………………………………………………….............................

II. PERENCANAAN PROSES PEMBELAJARAN ....................................................
A. Silabus .............................................................................................................
B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...........................................................
C. Prinsip-prinsip Penyusunan RPP …................................................................

III. PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN .............................................
A. Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran .........................................
B. Pelaksanaan Pembelajaran   ............................ ............................................
IV. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN ...............................................................
V. PENGAWASAN PROSES PEMBELAJARAN .... .............................................
A. Pemantauan.............................................................................................
B. Supervisi ............................................................... ..............................
C. Evaluasi ................................................................ ..............................
D. Pelaporan.............................................................. ..............................
E. Tindak lanjut......................................................... ..............................

GLOSARIUM ................................................................. ..............................


iii
v


1


5
5

7
7
8
11

12
12
14

18
18
18
19
19
20
20

21



SALINAN
PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 41 TAHUN 2007
TENTANG
STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR
DAN MENENGAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA  ESA
MENTERI PENDIDIKAN ASIONAL,

Menimbang :  bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pen­didikan, perlu menetapkan Peraturan Men­teri Pendidikan Nasional tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;

Mengingat  :  1.  Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lem­baran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Ne­gara Republik Indonesia Nomor 4301);
                        2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidik­an (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lem­baran Negara Republik Indonesia Nomor 4496) ;
                        3. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susun­an Organisasi, clan Tatakerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005;
                        4. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai pembentukan Kabinet In­donesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 31/P Tahun 2007;


MEMUTUSKAN:

Menetapkan :   PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NA­SIONAL TENTANG STANDAR PROSES UN­TUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH.

Pasal 1
(1)        Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan me­nengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pem­belajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.

(2)        Standar Proses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ter­cantum pada  Lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 2
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 23 November 2007

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
 TTD.

BAMBANG SUDIBYO


Salinan sesuai dengan aslinya.
Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional, Kepala Bagian Penyusunan Rancangan
Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I,


Muslikh, S.H.
NIP 131479478

SALINAN
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
NOMOR 41 TAHUN 2007
TANGGAL 23 NOVEMBER 2007
STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
I. PENDAHULUAN

Dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan nasional telah ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah terwujud­nya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas se­hingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Terkait dengan visi tersebut telah ditetapkan serangkaian prinsip penyelenggaraan pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan. Salah satu prinsip tersebut adalah pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang ber­langsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien.
Mengingat kebhinekaan budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada sa­tuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, balk pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester.
Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajar­an, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pem­belajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk ter­laksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
II. PERENCANAAN PROSES PEMBELAJARAN

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompe­tensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembela­jaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

A.  Silabus

Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, ma­teri pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pen­capaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lu­lusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Ting­kat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/ madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus di­susun di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang ber­tanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan divas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pen­didikan untuk SMA dan SMK, serta departemen yang me­nangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.

B.   Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan ke­giatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun  RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
Komponen RPP adalah
1.  Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan,kelas, semester, program/program keahlian, mata pela­jaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.

2. Standar kompetensi
         Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemam­puan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
3.         Kompetensi dasar
     Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik•dalam mata pelajaran ter­tentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompe­tensi dalam suatu pelajaran.
4.         Indikator pencapaian kompetensi
     Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilai­an mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja opera­sional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
5.         Tujuan pembelajaran
     Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan ha­sil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6.         Materi ajar
     Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan pro­sedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompe­tensi.
7.         Alokasi waktu
     Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan un­tuk pencapaian KD dan beban belajar.
8.         Metode pembelajaran
     Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembela­jaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemi­lihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situ­asi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/M I.
9.         Kegiatan pembelajaran
     a.    Pendahuluan
            Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan un­tuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
     b.    Inti
   Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran di­lakukan secara interaktif, inspiratif, menyenang­kan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses.eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.



c.  Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan un­tuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpul­an, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.
10. Penilaian hasil belajar
        Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kom­petensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
11. Sumber belajar
        Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kom­petensi.

C.   Prinsip-prinsip Penyusunan RPP

1.    Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
         RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
2.    Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, krea­tivitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.
3.    Mengembangkan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran dirancang untuk mengembang­kan kegemaran membaca, pemahaman beragam ba­caan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
4.    Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
5. Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, ke­giatan pernlielajaran, indikator pencapaian kompeten­si, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengako­modasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
6.  Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegra­si, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.



III. PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN

A. Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran

1.  Rombongan belajar
 Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan be­lajar adalah:
a.  SD/MI : 28 peserta didik
b.  SMP/MT : 32 peserta didik
c.  SMA/MA : 32 peserta did 1k
d. SMK/MAK : 32 peserta didik

2.  Beban kerja minimal guru
a. beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pem­belajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksana­kan tugas tambahan;
b.   beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas adalah se kurang-kurang nya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.

3. Buku teks pelajaran
a. buku teks pelajaran yang akan digunakan oleh se­kolah/madrasah dipilih melalui rapat guru dengan pertimbangan komite sekolah/madrasah dari buku­buku teks pelajaran yang ditetapkan oleh Menteri;
b.  rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1 : 1 per mata pelajaran;
c. selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku pengayaan, buku refe­rensi dan sumber belajar lainnya;
d. guru membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain yang ada di per­pustakaan sekolah/madrasah.

4. Pengelolaan kelas
a. guru mengatur tempat duduk sesuai dengan ka­rakteristik peserta didik dan mata pelajaran, sertaaktivitas pembelajaran yang akan dilakukan;
b. volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik;
c.  tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik;
d.  guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kece­patan dan kemampuan belajar peserta didik;
e. guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dankeputusan pada peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran;
f.  guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung;
h.  guru menghargai pendapat peserta didik;
i.  guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi;
j. pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran  
    yang diampunya; dan
k . guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu  
    yang dijadwalkan.­

B. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, ::ayiatan inti dan kegiatan penutup.
1.  Kegiatan Pendahuluan
  Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a.   menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses   pembelajaran;
b.   mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengait­kan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
c.  menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasanuraian kegiatan sesuai  silabus.
2.   Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pem­belajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, me­motivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativi­tas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuai­kan dengan karakteristik peserta didik dan mata pela­jaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
1)   melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prin­sip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
2)   menggunakan beragam pendekatan pembela­jaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
3)   memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
4)   melibatkan peserta didik secara aktif dalam se­tiap kegiatan pembelajaran; dan
5)   memfasilitasi peserta didik melakukan per­cobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.

b. Elaborasi
Dalarn kegiatan elaborasi, guru:
1)   membiasakan peserta didik membaca dan me­nulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
2)   memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memuncul­kan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
3)   memberi kesempatan untuk berpikir, menga­nalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
4)   memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif can kolaboratif;
5)   memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
6)   rnenfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan balk lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
7)   memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan r iasi; kerja individual maupun kelompok;
8)   memfasilitasi peserta didik melakukan pamer­an, turnamen, festival, serta produk yang diha­silkan;
9) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa per­caya diri peserta didik.
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1)  memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,  isyarat, maupunhadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
2)   memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplo­rasi dan elaborasi peserta didik melalui ber­bagai sumber,
3)   memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
4)   memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
a)   berfungsi sebagai narasumber dan fasilita­tor dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan be­nar;
b)   membantu menyelesaikan masalah;
c) memberi acuan agar peserta didik dapatmelakukan pengecekan hasil eksplorasi;
d)   memberi informasi untuk bereksplorasi Iebih jauh;
e)   memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

3.    Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a.   bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;
b.   melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsis­ten dan terprogram;
c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
d.   merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layan­an konseling dan/atau memberikan tugas balk tu­gas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
e.   menyampaikan iencana pembelajaran pada per­temuan berikutnya.


IV. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN

Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai hahan penyusunan laporan kema­juan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.
Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan ter­program dengan menggunakan tes dan nontes dalam ben­tuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofoiio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran.


V. PENGAWASAN PROSES PEMBELAJARAN

A. Pemantauan
1.   Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada ta­hap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.
2.  Pemantauan dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawan­cara, dan dokumentasi.
3.  Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan.

B. Supervisi
1.   Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pem­belajaran.
2.   Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi.
3.   Kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala dan penga­was satuan pendidikan.



C. Evaluasi
1. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk me­nentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
2.   Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan de­ngan cara:
a.    membandingkan proses pembelajaran yang dilak­sanakan guru dengan standar proses,
b.    mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pem­belajaran sesuai dengan kompetensi guru.
3.   Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada ke­seluruhan kinerja guru dalam proses pembelajaran.

D. Pelaporan
      Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran dilaporkan kepada pemangku ke­pentingan.

E. Tindak lanjut
1.  Penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar.
2. Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar.
3. Guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/pe­nataran Iebih lanjut.

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
TTD.


BAMBANG SUDIBYO



Salinan sesuai dengan aslinya.
Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional, Kepala Bagian Penyusunan Rancangan
Peraturan Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I,






Muslikh, S.H
NIP. 131479478

SELAMAT DATANG DI SMPN I SELOPURO - KAB. BLITAR - INDONESIA